PERBEDAAN
FIKSI DAN NONFIKSI
Karangan fiksi adalah karangan yang
berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi
pengarang. Fiki atau cerita rekaan biasanya berbentuk roman, novel, dan cerita
pendek (cerpen). Fiksi ilmiah atau fiksi ilmu pengetahuan adalah fiksi yang
ditulis berdasarkan ilmu pengetahuan, teori, atau spekulasi ilmiah.
Ciri-ciri karangan fiksi :
Ciri-ciri karangan fiksi :
- berusaha menghidupkan perasaan atau
menggugah emosi pembacanya
- dipengaruhi oleh subyektivitas
pengarangnya.
- bahasa bermakna denotatif (yaitu
makna sebenarnya) juga konotatif, asosiatif (yaitu makna tidak sebenarnya),
ekspresif (yaitu memberi bayangan suasana pribadi pengarang), sugestif (yaitu
bersifat mempengaruhi pembaca), dan plastis (yaitu bersifat indah untuk menggugah
perasaan pembaca).
Karangan nonfiksi adalah karangan
yang dibuat berdasarkan fakta, realita, atau hal-hal yang
benar-benar dan terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ciri-ciri tulisan nonfiksi :
benar-benar dan terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ciri-ciri tulisan nonfiksi :
- biasanya berbentuk tulisan ilmiah
dan ilmiah populer, laporan, artikel, feature, skripsi, tesis, disertasi,
makalah, dan sebagainya.
- Karangan nonfiksi berusaha
mencapai taraf obyektivitas yang tinggi, berusaha menarik dan
menggugah nalar (pikiran) pembaca.
menggugah nalar (pikiran) pembaca.
- Bahasa bersifat denotatif dan
menunjuk pada pengertian yang sudah terbatas sehingga tidak bermakna ganda.
contoh
karangan fiksi
SINGLE
Yaya adalah seorang gadis riang dan
jenaka. Ia cerdas juga berbudi pekerti mulia. Ia anak semata wayang dari
pasangan yang sangat harmonis. Kehidupannya adalah dambaan gadis sebayanya.
Parasnya cantik dan selalu dipuja-puja para lelaki. Ia adalah sosok sempurna
yang menjadi idola orang-orang disekitarnya. Sehari-hari Yaya bekerja sebagai
bidan di kampungnya. Ia membuka praktik mandiri di rumahnya. Ia jarang menerima
uang sebagai bayaran atas jasanya mengobati dan membantu melahirkan ibu-ibu di
kampung itu. Niatnya yang sungguh mulia sebagai tenaga kesehatan tak diragukan
lagi. Kadang kala, penduduk kampung membawakannya sayuran atau buah-buahan
hasil panen sebagai rasa terimakasih mereka. Sosoknya yang mulia dan sempurna
itu membuat hati para pemuda tak bisa menahan diri untuk melamarnya. Sudah
banyak pemuda kampung yang ditolaknya dengan alasan bahwa Yaya belum siap
menikah dan masih ingin memberikan waktunya lebih lama lagi sebagai sukarelawan
kesehatan di kampung itu.
Suatu
hari, ibunda Yaya menasehati Yaya untuk segera menikah karena usianya pada saat
itu sudah memasuki 27 tahun. Yaya bingung dan merasakan dilemma. Jauh di lubuk
hati nya yang paling dalam ia sangat ingin mewujudkan keinginan orang tuanya,
namun di sisi lain belum ada pria yang ia anggap sesuai dengan yang ia
harapkan. Yaya berjanji pada ibunya bahwa ia akan segera menikah apabila telah
bertemu dengan sosok yang ia rasa mampu menjadi pemimpinnya.
Seminggu
kemudian, Yaya pergi ke kota untuk membeli stok obat-obatan di sebuah apotek
besar. Ia duduk dengan tenang menunggu nomor antriannya mendapat giliran
menerima obat yang telah dipesannya. Untuk menghilangkan rasa bosan, akhirnya
ia membaca majalah dan Koran yang tersedia di atas meja. Lalu, ada seorang pria
yang duduk di sebelahnya. Ia berkata bahwa wajah Yaya tidak asing, seperti ia
pernah melihat Yaya di suatu tempat. Namun Yaya tidak mengenali pria itu barang
sedikitpun. Yaya bertanya-tanya dalam hati tentang siapa gerangan pria itu.
Akhirnya mereka berbincang dan di tengah perbincangan, sang pria menyadari
suatu hal bahwa ia pernah melihat Yaya menjadi bintang tamu di salah satu
stasiun TV swasta setahun silam. Sang pria sangat hafal dengan Yaya karena
baginya Yaya adalah sosok yang sangat menginspirasi anak muda. Kemudian mereka
bertukar kartu nama dan pria itu pergi setelah mendapat telpon.
Yaya membaca kartu nama yang diberi oleh
sang pria dan dia terkejut bahwa pria yang baru saja ia ajak bicara barusan
adalah seorang dokter bedah syaraf. Kini giliran Yaya yang terkagum-kagum
dengan sosok pria itu. Perkenalan singkat itu hanya terjadi begitu saja. Tidak
ada kontak melalui telepon ataupun pesan singkat. Tak ada pula surat elektronik
yang masuk ke akunnya. Ketika Yaya sudah lupa dengan sosok dokter muda dan
tampan itu, tiba-tiba muncul pesan singkat dari dokter tersebut yang mengatakan
ingin berkunjung ke kampung dimana Yaya tinggal dan bekerja. Dengan senyum
bahagia, Yaya mengizinkannya.
Tepat hari Minggu, dokter muda dan tampan
itu datang dengan beberapa mobil. Hal tersebut cukup membuat Yaya dan keduanya
heran dan menerka-nerka siapakah yang berkunjung dengan membawa mobil seramai
itu. Mereka berpikir bahwa ada kunjungan dari pemerintah dan pejabat Negara
yang ingin melakukan survey di kampung mereka. Terkejutlah Yaya ketika melihat
sanga dokter muda turun dari mobilnya membawa kedua orang tua dan cukup banyak
anggota keluarga. Setelah mereka masuk rumah dan berbincang, diketahuilah bahwa
dokter muda bedah syaraf tersebut datang dengan maksud meminang Yaya. Kaget dan
gembira menyelimuti hati Yaya. Tentu saja itu juga terpancar dari kedua mata
orang tua Yaya. Momen yang ditunggu datang juga ketika anak semata wayangnya
itu berucap bersedia untuk menikah. Wajah kedua orang tua sang pria pun tampak
lega. Suasana menjadi haru bahagia. Acara pernikahanpun dilaksanakan 2 minggu
setelah pelamaran tersebut.
CONTOH
KARANGAN NON FIKSI
Biografi
Chairul Tanjung
Chairul Tanjung lahir di Jakarta
pada tanggal 16 Juni 1962. Orang tua Chairul Tanjung bernama A.G Tanjung (Ayah)
yang berketurunan Batak sedangkan ibunya bernama Halimah adalah orang Sunda
tepatnya Sukabumi.
Awalnya keluarga Chairul Tanjung
adalah keluarga yang berlebih, ayahnya adalah seorang wartawan di jaman
Presiden Soekarno dan juga menerbitkan majalah lokal yang oplahnya lumayan.
Namun kemudia saat era Soeharto, surat kabar dari ayah Chairul Tanjung
dicurigai sebagai antek orde lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup.
Dari sinilah perekonomian
keluarganya menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Rumah yang cukup
luas yang didiami keluarganya terpaksa harus dijual untuk membayar hutang dan
memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya Chairul Tanjung bersama saudara dan orang
tuanya harus pindah ke kamar losmen yang sangat sempit.
Walau tengah dihimpit kesulitan
ekonomi namun ayah dan ibunya ingin anak-anaknya mengenyamm pendidikan setinggi
mungkin. Oleh karena itu saat Chairul lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun
1981, ia kemudian melanjutkan studinya di Kedokteran gigi Universitas
Indonesia. Chairul termasuk mahasiswa yang pandai. Ia sempat mendapat
penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985.
Kuliah
Sambil Berbisnis
Untuk menopang uang sakunya yang
jauh dari cukup, Chairul pun berkuliah sambil berbisnis. Awalnya ia berjualan
buku kuliah stensilan, kemudian juga berjualan kaos. Ia bersama temannya
kemudian juga membuka usaha foto copy di kampusnya. Ia juga membuka kios di
daerah Senen Raya Jakarta Pusat yang menyediakan aneka kebutuhan dan peralatan
kedokteran dan laboratorium.
Walau ia harus mmebagi waktu antara
kuliah dan berbisnis, namun Chairul bisa menyelesaikan kuliah nya di kedokteran
gigi dengan baik. Ia kemudian menyandang gelar Sarjana kedokteran dibelakang
namanya. Namun karena darah bisnis rupanya lebih kental, ia kemudian memutuskan
untuk menjemput rejeki dari bisnis bukan sebagai dokter gigi.
Chairul kemudian lebih memantabkan
bisnisnya dengan mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga temannya pada
tahun 1987. Bisnis ini bermodalkan hutangan dari bank Exim sebesar 150 juta.
Perusahaan Chairul dan temennya ini memproduksi sepatu anak-anak untuk
diekspor. Mereka patut berbangga karena begitu mendirikan usaha ini mereka
langsung menerima orderan sebesar 160 ribu pasang sepatu dari Itali. Namun
kemudian Chairul memutuskan untuk berpisah dan mendirikan usaha sendiri karena
ternyata ketiga temannya memiliki visi yang berbeda dengan dirinya.
Membentuk
Konglomerasi
Chairul Tanjung kemudian mendirikan
perusahaann sendiri yang bergerak dibidang media yaitu mendirikan Trans TV.
Chairul Tanjung sangat pandai dalam membangun jaringan . Perusahaannya ini
semakin maju dan akhirnya berhasil membuat suatu konglomerasi yang kemudian
diberi nama Para Group. Para Group sendiri kemudian membagi tiga ladang
usahanya yaitu dibidang keuangan, properti, multimedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar