Rabu, 01 Agustus 2018

TEATER



TEATER

A. PENGERTIAN SENI TEATER
Dalam sejarahnya, kata “Teater”  berasal dari bahasa Inggris theater  atau  theatre,  bahasa Perancis  théâtre  dan dari bahasa Yunani theatron (θέατρον). Secara etimologis, kata “teater” dapat diartikan sebagai tempat atau gedung pertunjukan. Sedangkan secara istilah kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di atas pentas  untuk konsumsi penikmat.

Selain itu, istilah teater dapat diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater  dalam  arti sempit dideskripsikan  sebagai sebuah drama  (perjalanan hidup seseorang  yang dipertunjukkan  di  atas  pentas,  disaksikan  banyak orang  dan  berdasarkan atas  naskah  yang tertulis). Sedangkan dalam arti luas, teater adalah segala adegan peran yang dipertunjukkan di depan orang  banyak, seperti ketoprak, ludruk, wayang, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan peran atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Dengan kata lain drama merupakan bagian atau salah satu unsur dari teater.

B. FUNGSI SENI TEATER
Peranan seni teater  telah mengalami  pergeseran seiring dengan berkembangnya teknologi. Seni teater tidak hanya dijadikan sebagai sarana upacara maupun hiburan, namun juga sebagai sarana pendidikan. Sebagai  seni,  teater  tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat sebagai hiburan semata, namun juga berperan dalam nilai afektif masyarakat. Adapun beberapa fungsi seni teater, diantaranya meliputi:

1. Teater sebagai Sarana Upacara
Pada awal munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada dewa Dyonesos dan upacara pesta untuk dewa Apollo. Teater  yang berfungsi  untuk  kepentingan  upacara  tidak  membutuhkan  penonton karena penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri.
Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara dikenal dengan istilah teater  tradisional.


2. Teater sebagai Media Ekspresi
Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan aspek suara dan seni tari yang menekankan pada keselarasan gerak dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan ucapan-ucapan.

3. Teater sebagai Media Hiburan
Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya sebuah teater itu harus dengan persiapkan dengan usaha yang maksimal.  Sehingga harapannya penonton akan terhibur  dengan pertunjukan yang digelar.

4. Teater sebagai Media Pendidikan
Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara individual. Melainkan untuk mewujudkannya diperlukan kerja tim yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan  diharapkan pesan-pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan kepada penonton. Melalui pertunjukan biasanya manusia akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan hanya membaca lewat sebuah cerita.

C. UNSUR – UNSUR SENI TEATER
Unsur-unsur yang terdapat dalam seni teater dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Unsur Internal
Unsur internal merupakan unsur yang menyangkut tentang bagaimana keberlangsungan pementasan suatu  teater. Tanpa unsur internal internal tidak akan ada suatu pementasan teater. Oleh karena itu, unsur internal dikatakan sebagai jantungnya sebuah pementasan teater. Unsur internal, meliputi:

1a. Naskah atau Skenario
Naskah atau Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan dialog nantinya akan dipentaskan. Naskah menjadi salah satu penunjang yang menyatukan berbagai macam unsur yang ada yaitu pentas, pemain, kostum dan sutradara.

1b. Pemain
Pemain  merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sebuah pertunjukan teater. Pemain berperan dalam menghasilkan beberapa unsur lain, seperti unsur suara dan gerak. Ada  tiga  jenis  pemain, yaitu peran utama (protagonis/antagonis), peran pembantu dan peran tambahan atau figuran. Dalam film atau sinetron, pemain biasanya disebut Aktris untuk perempuan, dan Aktor untuk laki-laki.

1c. Sutradara
Sutradara merupakan salah satu unsur yang paling sentral, karena sutradara adalah orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater. Sutradara menjadi otak dari jalannya suatu cerita, misalnya mengarahkan para aktor, membedah naskah, menciptakan ide-ide tentang pentas yang akan digunakan dan lain-lain.

1d. Pentas
Pentas adalah salah satu unsur yang mampu menghadirkan nilai estetika dari sebuah pertunjukan. Selain itu, pentas menjadi  unsur penunjang pertunjukkan yang di dalamnya terdapat properti, tata lampu, dan beberapa dekorasi lain yang berkenaan dengan pentas.

1e. Properti
Properti  merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan teater, seperti kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain sebagainya.

1f. Penataan
Seluruh pekerja yang terkait dengan pementasan teater, antara lain:
  • Tata Rias  adalah cara mendandani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih sesuai dengan karakter yang akan diperankan;
  • Tata  Busana  adalah  pengaturan  pakaian  pemain  agar  mendukung  keadaan  yang menghendaki. Contohnya pakaian yang dikenakan anak sekolahan tentu akan berbeda denga pakaian harian yang dikenakan pembantu rumah tangga;
  • Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung;
  • Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara.

2. Unsur Eksternal
Unsur eksternal adalah unsur yang mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah pementasan. Unsur eksternal diantaranya, yaitu
2a. Staf Produksi
Staf produksi adalah sekelompok tim atau individual yang berkenaan dengan pimpinan produksi sampai semua bagian yang ada di bawahnya. Adapun tugas masing-masing dari mereka adalah sebagai berikut:
  • Produser/ pimpinan produksi
  • Mengurus semua hal tentang produksi;
  • Menetapkan personal (petugas), anggaran biaya, fasilitas, program kerja dan lain sebagainya.
2b. Sutradara/ derektor
  • Pembawa sekaligus pengarah jalannya naskah;
  • Koordinator semua pelaksanaan yang menyangkut pementasan;
  • Mencari dan menyiapkan aktor;
  • Menyiapkan make up dan juga men-setting segala sesuatu yang dipegang oleh bagian desainer beserta kru.
2c. Stage manager
  • Pemimpin dan penanggung jawab panggung;
  • Membantu sutradara.
2d. Desainer
Menyiapkan semua aspek visual yang menyangkut setting tempat atau suasana, properti atau perlengkapan pementasan, kostum, tata lampu dan pencahayaan, serta perlengkapan lain (seperti: audio).

2e. Crew
Crew merupakan pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang bagian desainer, diantaranya:
  • Bagian pentas/tempat;
  • Bagian tata lampu (lighting);
  • Bagian perlengkapan dan tata musik;

D. JENIS JENIS SENI TEATER
1. Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa  peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah-kisah yang bersifat religius (keagamaan). Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat  digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.

Selain itu, contoh teater boneka yang cukup populer ialah pertujukan wayang kulit. Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.

Beralih ke luar negeri, pertujukan Boneka Bunraku dari Jepang mampu melakukan banyak sekali gerakan sehingga diperlukan tiga dalang untuk menggerakkannya. Dalang berpakaian hitam dan duduk persis di depan penonton. Dalang utama mengendalikan kepala dan lengan kanan. Para pencerita bernyanyi dan melantunkan kisahnya.
TEATER BONEKA

TEATER WAYANG KULIT
2. Drama Musikal
Drama musikal merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni tari, musik, dan seni peran. Drama musikal lebih mengedepankan tiga unsur tersebut dibandingkan dialog para pemainnya. Kualitas pemainnya tidak hanya dinilai pada penghayatan karakter melalui untaian kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui keharmonisan lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena dalam pertunjukannya yang menjadi latar belakangnya merupakan kombinasi antara gerak tari, alunan musik, dan tata pentas. Drama musikal yang cukup tersohor ialah kabaret dan opera. Perbedaan keduanya terletak pada jenis musik yang digunakan. Dalam opera, dialog para tokoh dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut seriosa. Sedangkan dalam drama musikal kabaret, jenis musik dan lagu yang dinyanyikan bebas dan biasa saja.
PEMENTASAN DRAMA MUSIKAL
3. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasarkan pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan. Situasi cerita dan latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Fokus pertujukan teater dramatik ialah menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Dalam teater dramatik, laku aksi pemain sangat ditonjolkan. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan cerita. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter tanpa improvisatoris. Teater dramatik mencoba mementaskan cerita seperti halnya realita.
TEATER DRAMATIK
4. Teatrikalisasi Puisi
Teatrikalisasi puisi merupakan pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya hanya dibacakan, dalam teatrikal puisi dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya bersifat teatrikal. Tata panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang dimaksud.
Teatrikalisasi puisi memberikan kesempatan bagi seniman untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan lakon dan tata artistik di atas pentas.
TEATRIKALISASI PUISI
5. Teater Gerak
Teater gerak merupakan pertunjukan teater dengan unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah pemainnya. Dalam pementasannya, penggunaan dialog sangat minimal atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Seiring perkembangannya, pemain teater dapat bebas bergerak mengikuti suasana hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk menarik minat penikmat. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri muncul. Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini  adalah pantomim. Sebagai sebuah pertunjukan yang sunyi karena tidak menggunakan suara, pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah laku gerak dan mimik para pemainnya. Makna pesan yang hendak direalisasikan dipertunjukkan dalam bentuk gerak.
TEATER GERAK









 CONTOH NASKAH / CERITA / DIALOG  TEATER
Judul           :  cita- cita ku
Tema           :  Pendidikan

                                      Sinopsis Drama
Pertanyaan dari Ibu liska membuat ke tujuh siswanya memiliki cita-cita yang besar dan timbul keseruan ketika jam pelajaran sedang di mulai.
sanggar teater naskah drama siswa smpn 

Pesan moral

Pesan dan kesan moral yang di kutib dari naskah drama di atas adalah   :
 Memberi pengertian dan nasehat yang mendidik untuk siswa agar seyogyanya jangan suka rebut dan berkelahi sebab sekolah sifatnya memberikan ilmu dan pengetahuan yang baik untuk anak didiknya supaya menjadi manusia yang bermartabat dan bermoral juga terpelajar, menghargai waktu ,ibadah, dan menghormati kedua orang tuannya, sebab restu orang tua adalah ridho dan jembatan menuju cita-cita mulia di masa mendatang. 

Pemeran      :  8 Orang

Penokohan drama                  :
1.     Mita              :  Pemberani
2.     Sindy             : Tegas
3.     Evita              : Penakut
4.     Dian              : Pemalu
5.     Ibu liska        : Penegak/ guru
6.     Anti               : Baik hati
7.     Karis              : Rela berkorban
8.     Indra             : Cuek
9.     narrator        : pembaca alur cerita .








                                     Dialog/ percakapan
Teks naskah Drama         :

narrator          :          “ Kring...! Kring...! Kring...!
Bel masuk telah diberbunyi. Para siswa  smpn saatnya untuk masuk kelas dan menerima pelajaran dari wali kelasnya masing-masing. Pemandangan di kelas 1 masih gaduh. Ada yang berkelahi.”

karis                :           “ Kamu mau jadi pahlawan di kelas ini?”
anti                  :       “ Bel masuk telah berbunyi.”
karis                :       “ Semuanya masuk…… !”
mita                 :        “Iya Pak ketua kelas…!!!!” (ucap mita dengan cetusnya).
karis                :   “ Berkelahi gara-gara merobek-robek buku seperti tidak ada pekerjaan lain saja!”
Narrator          :  “ beberapa saat kelas menjadi gaduh dan bising bahkan terjadi keribut salah satu siswa merobek buku temannya, langkah kaki ibu liska, seketika membuat kelas menjadi hening dan senyap.” 

Ibu liska      :    “ Selamat pagi anak-anak. Sebelum memulai pelajaran kita berdoa dahulu. Berdoa dimulai.”
Narator           : “ para siswa tertunduk berdoa seperti yang di aba-abain ibu liska”
Ibu liska      :  “ Selesai. Saya tadi  mengetahui kalau ada keributan di luar kelas padahal sudah ada bel masuk.”
karis           :    “Iya kan Ibu liska marah” (bisik karis kepada anti).
anti                  :     “Kayaknya hanya mengingatkan saja deh ris”.              
karis                :     “ Tadi ada yang berkelahi BuTapi sudah dilerai”.
Bu liska           :     “ Yaaa, lain kali jangan di ulangi lagi, bikin malu kalian kan sudah dewasa, harusnya lebih tau diri, kita datang kesekolah bukannya cari ribut tapi cari ilmu menambah kepandaian meraih mimpi dan cita-cita !!!!! ”.( ujar ibu liska dengan nada ketus dan tegas).
Narrator          ; “ senyap dan sepi jawabnya para siswa saling menyalahkan satu dengannya lainnya lewat bahasa isyarat lirikan mata dan jelentikan jemari tangannya,sebentar kemudian siswa di printahkan untuk mengeluarkan buka bahasa Indonesia oleh bu liska.”
Ibu liska          :   “Buka buku  bahasa Indonesia kalian mengenai impian dan cita-cita. Siapa yang tahu definisi impian dan cita-cita? “
sindy          :  “ Impian adalah harapan dari seseorang yang perlu dibuktikan. Kalau cita-cita adalah harapan dan perjuangan yang disertai dengan kemampuan untuk meraihnya.”
Ibu liska          :  “ Bagus jawabanmu sindy. Terus perbedaan antara keduanya apa sindy?
sindy               : “ Eeeeeeeehmmmmmmmm…………” (Pikir sindy tertunduk   sembari memegang keningnya berusaha berpikir keras).
mita                 :  “ Tidak ada bedanya Bu…… !!!”
Ibu liska          :   “ Ya pasti ada. Bagaimana menurutmu dian????”
Dian                :   “ Perbedaannya tipis Bu. Kalau impian sudah dirancang sejak lahir. Kalau cita-cita harapan dari banyak orang juga adanya keinginan dari diri kita sendiri tuk ingin meraihnya bu.”
Ibu liska     :     Betul. Jika kita membicarakan tentang impian dari sekian banyak siswa di sini bisa dijelaskan mengenai cita-cita kalian? Bisa dimulai dari kamu anti.”
Anti                 :   “ Aku Bu? Impianku ingin menjadi reporter yang bisa meliput berita sekaligus jalan-jalan di mana-mana.”
karis                :    “Sukanya jalan-jalan saja.”
Ibu liska          :     “ Waduh, anti impiannya hebat. Kamu karis? Bantah saja!”.
karis: Impian saya ingin pergi ke bulan seperti minnion Bu?
Ibu liska          :       Minniooon …………??????”
Indra               :      “ Itu film kartun Bu. karis suka menonton film kartun jadinya suka berkhayal.”
narrator          :      “ Serempak siswa kelas 1 tertawa.dan kelas menjadi gaduh”
Ibu liska      :     “ Sudah! Sudah! Kamu ini bisa saja karis. Bagus juga ide mu. Kamu evita? “
evita                :     “ Saya bermimpi ingin menjadi pramugari  wanita Bu… “,
karis           :      “ body mu ancur gituuuu…, sudah pendek kecil dekil,kuali dah item yah itu… iteman kamu lagi…., jangan-jangan yang naik pesawat belum- sudah main kabuuurrrrr……. kok ya kepengen jadi pramugari…….. apa gak salaaah….hahahahahhhhhaaaa...”
narrator          :     “ Lagi-lagi seluruh siswa tertawa atas celotehan karis”.
Ibu liska          :     “ Impian yang mulai evita. Kalau kamu indra?”
Indra               :     “ Impian saya sama seperti Ibu jadi guru di sekolah smp.”
karis                :     “Tampang belagak seperti mu  tidak pantes jadi guru.pantesnya jadi tukang pijat keliling hahahahahaaaa….( ejek karis kepada evita dan indra)
narrator          :    “ Berkali-kali seluruh siswa tertawa. Kelas menjadi ramai suara teriakan dan suitan.”
Ibu liska          :   “ karis……. Karisssss…….. sekali lagi kamu ngeledek temanmu. Ibu jeweeerrr!( ucap nya dengan nada geram geregetan dan sengit suaranya terdengar keras)
narrator          : “ Tiba-tiba suasana kelas menjadi hening atas bentakan Bu liska kepada karis”.
Ibu liska          : “ Kalau kamu sindy dan Mita”.
Mita dan sindy    :  “ kami cita-citanya ingin jadi jurnalis/ penulis  Buuuu……… “,(dengan kompaknya menjawab).
Ibu liska          :   “ Dari sekian banyak jawaban kalian mengenai tentang cita-cita dan impian  sangat menarik bagus-bagus.( sembari mengangguk –anggukan kepalanya dan mata di tebarkan memandang ke seantereo ruangan kelas) Namun dalam meraihnya harus disertakan dengan perjuangan, pengorbanan, kerja keras tekun dan sabar”.
karis                :  “ teriring  Doa Bu Dan restu orang tua?”
Ibu liska      : “ ya benar kamu karis Jangan lupa untuk selalu berdoa juga  restu /do’a kedua orang tua mu jika sebuah perjuangan tampa do’a orang tua  atau orang tua tidak ridho maka sama saja sia-sia.”
Mita                : “ Tapi kalau seperti karis apa itu cita-citanya  Bu?”
karis                : “ Kamu usil saja mit ……!”
Ibu liska          :  “Kalau impian karis terlalu banyak berkhayal kebanyakan nonton tv makanya mimpinya juga kesiangan,dan maka mulai saat ini jika punya cita-cita mu harus diperjuangkan. Belajar yang tekun biar menjadi president “.
Anti                 :     bukan Belajar? Karis  bu tapi cuman main game aja bu????”
indra               :   “ iya Buuu……, juga usilin orang belajar…? Di suruh ngerjain PR bisanya cuman foto kopy aja ckkkkkkkkkkk ”
Ibu liska          :     “ Betul kata anti dan indra? Karissss……???”
Narrator          :      “karis hanya diam dan melirik dengan mata melotot pada anti dan indra.sedang anti dan indra mencibirr kearah karis ”
Ibu liska          :   “ Sebaiknya bermain itu boleh tapi jangan berlebihan.karis……???”
karis                :   “ Saya main game ketika libur sekolah dan bukan di sekolah Bu. Mereka saja yang iri.sirik bu”
Ibu liska          :  “ Iya Ibu tahu. Kamu anak pinter.Tepuk tangan buat karis
narrator          :  “ Serempak seluruh siswa memberi ejekan dan cemoohan  kepada karis dengan suara sorakan uuuuuuuhhhhhhh……… dengan kalimat yang panjang.”
Ibu liska      :    “ ada tapinya loch………  nakaaaal.dan jail”
Narrator          :  suara sorakan kembali terdengar dan kelas makin gaduh dan bising. Bel istirahat telah tiba datang.para siswa berhamburan keluar kelas dan beristirahat.sedang bu liska pergi meninggalkan kelas 1 sembari menahan senyum simpul dan menggelengkan kepala melihat kelakuan para siswa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar