TEATER
A. PENGERTIAN SENI TEATER
Dalam sejarahnya, kata “Teater” berasal dari bahasa
Inggris theater atau theatre, bahasa
Perancis théâtre dan dari bahasa Yunani theatron (θέατρον). Secara etimologis, kata “teater” dapat diartikan sebagai
tempat atau gedung pertunjukan. Sedangkan secara istilah kata teater diartikan
sebagai segala hal yang dipertunjukkan di atas pentas untuk konsumsi
penikmat.
Selain itu, istilah teater dapat diartikan dengan dua cara
yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti
sempit dideskripsikan sebagai sebuah drama (perjalanan hidup
seseorang yang dipertunjukkan di atas pentas,
disaksikan banyak orang dan berdasarkan atas naskah
yang tertulis). Sedangkan dalam arti luas, teater adalah segala adegan peran
yang dipertunjukkan di depan orang banyak, seperti ketoprak, ludruk,
wayang, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah
“teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan
dengan peran atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah
visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan
disaksikan oleh penonton. Dengan kata lain drama merupakan bagian atau salah
satu unsur dari teater.
B. FUNGSI SENI TEATER
Peranan seni teater telah
mengalami pergeseran seiring dengan berkembangnya teknologi. Seni teater
tidak hanya dijadikan sebagai sarana upacara maupun hiburan, namun juga sebagai
sarana pendidikan. Sebagai seni, teater tidak hanya menjadi
konsumsi masyarakat sebagai hiburan semata, namun juga berperan dalam nilai
afektif masyarakat. Adapun beberapa fungsi seni teater, diantaranya meliputi:
1. Teater sebagai Sarana Upacara
Pada awal munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara
persembahan kepada dewa Dyonesos dan upacara pesta untuk dewa Apollo.
Teater yang berfungsi untuk kepentingan upacara
tidak membutuhkan penonton karena penontonnya adalah bagian dari
peserta upacara itu sendiri.
Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana
upacara dikenal dengan istilah teater tradisional.
2. Teater sebagai Media Ekspresi
Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama
pada laku dan dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan aspek suara
dan seni tari yang menekankan pada keselarasan gerak dan irama. Dalam
praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan
tubuh dan ucapan-ucapan.
3. Teater sebagai Media Hiburan
Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya
sebuah teater itu harus dengan persiapkan dengan usaha yang maksimal.
Sehingga harapannya penonton akan terhibur dengan pertunjukan yang
digelar.
4. Teater sebagai Media Pendidikan
Teater adalah seni kolektif, dalam
artian teater tidak dikerjakan secara individual. Melainkan untuk mewujudkannya
diperlukan kerja tim yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan
diharapkan pesan-pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan kepada
penonton. Melalui pertunjukan biasanya manusia akan lebih mudah mengerti nilai
baik buruk kehidupan dibandingkan hanya membaca lewat sebuah cerita.
C. UNSUR – UNSUR SENI TEATER
Unsur-unsur yang terdapat dalam seni
teater dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Unsur Internal
Unsur internal merupakan unsur yang
menyangkut tentang bagaimana keberlangsungan pementasan suatu teater.
Tanpa unsur internal internal tidak akan ada suatu pementasan teater. Oleh
karena itu, unsur internal dikatakan sebagai jantungnya sebuah pementasan
teater. Unsur internal, meliputi:
1a. Naskah atau Skenario
Naskah atau Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan
dialog nantinya akan dipentaskan. Naskah menjadi salah satu penunjang yang
menyatukan berbagai macam unsur yang ada yaitu pentas, pemain, kostum dan
sutradara.
1b. Pemain
Pemain merupakan salah satu unsur yang paling penting
dalam sebuah pertunjukan teater. Pemain berperan dalam menghasilkan beberapa
unsur lain, seperti unsur suara dan gerak. Ada tiga jenis
pemain, yaitu peran utama (protagonis/antagonis), peran pembantu dan
peran tambahan atau figuran. Dalam film atau sinetron, pemain biasanya disebut
Aktris untuk perempuan, dan Aktor untuk laki-laki.
1c. Sutradara
Sutradara merupakan salah satu unsur yang paling sentral,
karena sutradara adalah orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik
pembuatan atau pementasan teater. Sutradara menjadi otak dari jalannya suatu
cerita, misalnya mengarahkan para aktor, membedah naskah, menciptakan ide-ide
tentang pentas yang akan digunakan dan lain-lain.
1d. Pentas
Pentas adalah salah satu unsur yang mampu menghadirkan nilai
estetika dari sebuah pertunjukan. Selain itu, pentas menjadi unsur
penunjang pertunjukkan yang di dalamnya terdapat properti, tata lampu, dan
beberapa dekorasi lain yang berkenaan dengan pentas.
1e. Properti
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan
dalam pementasan teater, seperti kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi,
dan lain sebagainya.
1f. Penataan
Seluruh pekerja yang terkait dengan pementasan teater,
antara lain:
- Tata Rias adalah cara mendandani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih sesuai dengan karakter yang akan diperankan;
- Tata Busana adalah pengaturan pakaian pemain agar mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya pakaian yang dikenakan anak sekolahan tentu akan berbeda denga pakaian harian yang dikenakan pembantu rumah tangga;
- Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung;
- Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara.
2. Unsur Eksternal
Unsur eksternal adalah unsur yang
mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan dalam
sebuah pementasan. Unsur eksternal diantaranya, yaitu
2a. Staf Produksi
Staf produksi adalah sekelompok tim
atau individual yang berkenaan dengan pimpinan produksi sampai semua bagian
yang ada di bawahnya. Adapun tugas masing-masing dari mereka adalah sebagai
berikut:
- Produser/ pimpinan produksi
- Mengurus semua hal tentang produksi;
- Menetapkan personal (petugas), anggaran biaya, fasilitas, program kerja dan lain sebagainya.
2b. Sutradara/ derektor
- Pembawa sekaligus pengarah jalannya naskah;
- Koordinator semua pelaksanaan yang menyangkut pementasan;
- Mencari dan menyiapkan aktor;
- Menyiapkan make up dan juga men-setting segala sesuatu yang dipegang oleh bagian desainer beserta kru.
2c. Stage manager
- Pemimpin dan penanggung jawab panggung;
- Membantu sutradara.
2d. Desainer
Menyiapkan semua aspek visual yang menyangkut setting tempat
atau suasana, properti atau perlengkapan pementasan, kostum, tata lampu dan
pencahayaan, serta perlengkapan lain (seperti: audio).
2e. Crew
Crew merupakan pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang
bagian desainer, diantaranya:
- Bagian pentas/tempat;
- Bagian tata lampu (lighting);
- Bagian perlengkapan dan tata musik;
D. JENIS JENIS SENI TEATER
1. Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno.
Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan
Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah-kisah yang
bersifat religius (keagamaan). Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang
berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat
digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette atau
boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka
diikatkan.
Selain itu, contoh teater boneka yang cukup populer ialah
pertujukan wayang kulit. Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di
belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar.
Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria
duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
Beralih ke luar negeri, pertujukan Boneka Bunraku dari
Jepang mampu melakukan banyak sekali gerakan sehingga diperlukan tiga dalang
untuk menggerakkannya. Dalang berpakaian hitam dan duduk persis di depan
penonton. Dalang utama mengendalikan kepala dan lengan kanan. Para pencerita
bernyanyi dan melantunkan kisahnya.
2. Drama Musikal
Drama musikal merupakan pertunjukan teater yang
menggabungkan seni tari, musik, dan seni peran. Drama musikal lebih
mengedepankan tiga unsur tersebut dibandingkan dialog para pemainnya. Kualitas
pemainnya tidak hanya dinilai pada penghayatan karakter melalui untaian kalimat
yang diucapkan tetapi juga melalui keharmonisan lagu dan gerak tari. Disebut
drama musikal karena dalam pertunjukannya yang menjadi latar belakangnya
merupakan kombinasi antara gerak tari, alunan musik, dan tata pentas. Drama
musikal yang cukup tersohor ialah kabaret dan opera. Perbedaan keduanya
terletak pada jenis musik yang digunakan. Dalam opera, dialog para tokoh
dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut
seriosa. Sedangkan dalam drama musikal kabaret, jenis musik dan lagu yang
dinyanyikan bebas dan biasa saja.
3. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater
yang berdasarkan pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan
karakter secara psikologis sangat diperhatikan. Situasi cerita dan latar
belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater
dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Fokus pertujukan teater dramatik
ialah menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan.
Dalam teater dramatik, laku aksi pemain sangat ditonjolkan. Satu peristiwa
berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan cerita. Karakter
yang disajikan di atas pentas adalah karakter tanpa improvisatoris. Teater
dramatik mencoba mementaskan cerita seperti halnya realita.
4. Teatrikalisasi Puisi
Teatrikalisasi puisi merupakan
pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang
biasanya hanya dibacakan, dalam teatrikal puisi dicoba untuk diperankan di atas
pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih
mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya
bersifat teatrikal. Tata panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa
untuk menegaskan makna puisi yang dimaksud.
Teatrikalisasi puisi memberikan kesempatan bagi seniman
untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam menerjemahkan makna puisi ke dalam
tampilan lakon dan tata artistik di atas pentas.
5. Teater Gerak
Teater gerak merupakan pertunjukan teater dengan unsur
utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah pemainnya. Dalam pementasannya,
penggunaan dialog sangat minimal atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan
pantomim klasik. Seiring perkembangannya, pemain teater dapat bebas bergerak
mengikuti suasana hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter
tokoh dasarnya untuk menarik minat penikmat. Dari kebebasan ekspresi gerak
inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri
muncul. Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini
adalah pantomim. Sebagai sebuah pertunjukan yang sunyi karena tidak menggunakan
suara, pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah laku gerak
dan mimik para pemainnya. Makna pesan yang hendak direalisasikan dipertunjukkan
dalam bentuk gerak.
CONTOH NASKAH / CERITA / DIALOG TEATER
Judul :
cita- cita ku
Tema : Pendidikan
Tema : Pendidikan
Sinopsis
Drama
Pertanyaan dari Ibu liska membuat ke tujuh siswanya memiliki cita-cita yang besar dan timbul keseruan ketika jam pelajaran sedang di mulai.
sanggar teater naskah drama siswa smpn
Pertanyaan dari Ibu liska membuat ke tujuh siswanya memiliki cita-cita yang besar dan timbul keseruan ketika jam pelajaran sedang di mulai.
sanggar teater naskah drama siswa smpn
Pesan moral
Pesan dan kesan moral yang di kutib dari naskah drama di atas
adalah :
Memberi pengertian dan
nasehat yang mendidik untuk siswa agar seyogyanya jangan suka rebut dan
berkelahi sebab sekolah sifatnya memberikan ilmu dan pengetahuan yang baik
untuk anak didiknya supaya menjadi manusia yang bermartabat dan bermoral juga
terpelajar, menghargai waktu ,ibadah, dan menghormati kedua orang tuannya,
sebab restu orang tua adalah ridho dan jembatan menuju cita-cita mulia di masa
mendatang.
Pemeran : 8
Orang
Penokohan drama :
1.
Mita : Pemberani
2.
Sindy : Tegas
3.
Evita : Penakut
4.
Dian : Pemalu
5.
Ibu liska : Penegak/
guru
6.
Anti : Baik
hati
7.
Karis : Rela
berkorban
8.
Indra : Cuek
9.
narrator : pembaca
alur cerita .
Dialog/ percakapan
Teks naskah Drama :
narrator : “ Kring...! Kring...! Kring...!
Bel masuk telah diberbunyi. Para siswa smpn saatnya untuk masuk kelas dan menerima pelajaran dari wali kelasnya masing-masing. Pemandangan di kelas 1 masih gaduh. Ada yang berkelahi.”
karis : “ Kamu mau jadi pahlawan di kelas ini?”
anti : “ Bel masuk telah berbunyi.”
karis : “ Semuanya masuk…… !”
mita : “Iya Pak ketua kelas…!!!!” (ucap mita dengan cetusnya).
karis : “ Berkelahi gara-gara merobek-robek buku seperti tidak ada pekerjaan lain saja!”
Narrator : “ beberapa saat kelas menjadi gaduh dan
bising bahkan terjadi keribut salah satu siswa merobek buku temannya, langkah
kaki ibu liska, seketika membuat kelas menjadi hening dan senyap.”
Ibu liska : “ Selamat pagi anak-anak. Sebelum memulai pelajaran kita berdoa dahulu. Berdoa dimulai.”
Ibu liska : “ Selamat pagi anak-anak. Sebelum memulai pelajaran kita berdoa dahulu. Berdoa dimulai.”
Narator : “ para
siswa tertunduk berdoa seperti yang di aba-abain ibu liska”
Ibu liska : “ Selesai. Saya tadi mengetahui kalau ada keributan di luar kelas padahal sudah ada bel masuk.”
karis : “Iya kan Ibu liska marah” (bisik karis kepada anti).
anti : “Kayaknya hanya mengingatkan saja deh ris”.
karis : “ Tadi ada yang berkelahi BuTapi sudah dilerai”.
Bu liska : “ Yaaa, lain kali jangan di ulangi lagi, bikin malu kalian kan sudah dewasa, harusnya lebih tau diri, kita datang kesekolah bukannya cari ribut tapi cari ilmu menambah kepandaian meraih mimpi dan cita-cita !!!!! ”.( ujar ibu liska dengan nada ketus dan tegas).
Ibu liska : “ Selesai. Saya tadi mengetahui kalau ada keributan di luar kelas padahal sudah ada bel masuk.”
karis : “Iya kan Ibu liska marah” (bisik karis kepada anti).
anti : “Kayaknya hanya mengingatkan saja deh ris”.
karis : “ Tadi ada yang berkelahi BuTapi sudah dilerai”.
Bu liska : “ Yaaa, lain kali jangan di ulangi lagi, bikin malu kalian kan sudah dewasa, harusnya lebih tau diri, kita datang kesekolah bukannya cari ribut tapi cari ilmu menambah kepandaian meraih mimpi dan cita-cita !!!!! ”.( ujar ibu liska dengan nada ketus dan tegas).
Narrator ; “ senyap
dan sepi jawabnya para siswa saling menyalahkan satu dengannya lainnya lewat
bahasa isyarat lirikan mata dan jelentikan jemari tangannya,sebentar kemudian
siswa di printahkan untuk mengeluarkan buka bahasa Indonesia oleh bu liska.”
Ibu liska : “Buka buku bahasa Indonesia kalian mengenai impian dan cita-cita. Siapa yang tahu definisi impian dan cita-cita? “
sindy : “ Impian adalah harapan dari seseorang yang perlu dibuktikan. Kalau cita-cita adalah harapan dan perjuangan yang disertai dengan kemampuan untuk meraihnya.”
Ibu liska : “ Bagus jawabanmu sindy. Terus perbedaan antara keduanya apa sindy?
sindy : “ Eeeeeeeehmmmmmmmm…………” (Pikir sindy tertunduk sembari memegang keningnya berusaha berpikir keras).
mita : “ Tidak ada bedanya Bu…… !!!”
Ibu liska : “ Ya pasti ada. Bagaimana menurutmu dian????”
Dian : “ Perbedaannya tipis Bu. Kalau impian sudah dirancang sejak lahir. Kalau cita-cita harapan dari banyak orang juga adanya keinginan dari diri kita sendiri tuk ingin meraihnya bu.”
Ibu liska : “ Betul. Jika kita membicarakan tentang impian dari sekian banyak siswa di sini bisa dijelaskan mengenai cita-cita kalian? Bisa dimulai dari kamu anti.”
Ibu liska : “Buka buku bahasa Indonesia kalian mengenai impian dan cita-cita. Siapa yang tahu definisi impian dan cita-cita? “
sindy : “ Impian adalah harapan dari seseorang yang perlu dibuktikan. Kalau cita-cita adalah harapan dan perjuangan yang disertai dengan kemampuan untuk meraihnya.”
Ibu liska : “ Bagus jawabanmu sindy. Terus perbedaan antara keduanya apa sindy?
sindy : “ Eeeeeeeehmmmmmmmm…………” (Pikir sindy tertunduk sembari memegang keningnya berusaha berpikir keras).
mita : “ Tidak ada bedanya Bu…… !!!”
Ibu liska : “ Ya pasti ada. Bagaimana menurutmu dian????”
Dian : “ Perbedaannya tipis Bu. Kalau impian sudah dirancang sejak lahir. Kalau cita-cita harapan dari banyak orang juga adanya keinginan dari diri kita sendiri tuk ingin meraihnya bu.”
Ibu liska : “ Betul. Jika kita membicarakan tentang impian dari sekian banyak siswa di sini bisa dijelaskan mengenai cita-cita kalian? Bisa dimulai dari kamu anti.”
Anti : “ Aku Bu? Impianku ingin menjadi reporter
yang bisa meliput berita sekaligus jalan-jalan di mana-mana.”
karis : “Sukanya jalan-jalan saja.”
Ibu liska : “ Waduh, anti impiannya hebat. Kamu karis? Bantah saja!”.
karis: Impian saya ingin pergi ke bulan seperti minnion Bu?
Ibu liska : “ Minniooon …………??????”
Indra : “ Itu film kartun Bu. karis suka menonton film kartun jadinya suka berkhayal.”
narrator : “ Serempak siswa kelas 1 tertawa.dan kelas menjadi gaduh”
Ibu liska : “ Sudah! Sudah! Kamu ini bisa saja karis. Bagus juga ide mu. Kamu evita? “
evita : “ Saya bermimpi ingin menjadi pramugari wanita Bu… “,
karis : “ body mu ancur gituuuu…, sudah pendek kecil dekil,kuali dah item yah itu… iteman kamu lagi…., jangan-jangan yang naik pesawat belum- sudah main kabuuurrrrr……. kok ya kepengen jadi pramugari…….. apa gak salaaah….hahahahahhhhhaaaa...”
narrator : “ Lagi-lagi seluruh siswa tertawa atas celotehan karis”.
Ibu liska : “ Impian yang mulai evita. Kalau kamu indra?”
Indra : “ Impian saya sama seperti Ibu jadi guru di sekolah smp.”
karis : “Tampang belagak seperti mu tidak pantes jadi guru.pantesnya jadi tukang pijat keliling hahahahahaaaa….( ejek karis kepada evita dan indra)
narrator : “ Berkali-kali seluruh siswa tertawa. Kelas menjadi ramai suara teriakan dan suitan.”
Ibu liska : “ karis……. Karisssss…….. sekali lagi kamu ngeledek temanmu. Ibu jeweeerrr!( ucap nya dengan nada geram geregetan dan sengit suaranya terdengar keras)
narrator : “ Tiba-tiba suasana kelas menjadi hening atas bentakan Bu liska kepada karis”.
Ibu liska : “ Kalau kamu sindy dan Mita”.
Mita dan sindy : “ kami cita-citanya ingin jadi jurnalis/ penulis Buuuu……… “,(dengan kompaknya menjawab).
Ibu liska : “ Dari sekian banyak jawaban kalian mengenai tentang cita-cita dan impian sangat menarik bagus-bagus.( sembari mengangguk –anggukan kepalanya dan mata di tebarkan memandang ke seantereo ruangan kelas) Namun dalam meraihnya harus disertakan dengan perjuangan, pengorbanan, kerja keras tekun dan sabar”.
karis : “ teriring Doa Bu Dan restu orang tua?”
Ibu liska : “ ya benar kamu karis Jangan lupa untuk selalu berdoa juga restu /do’a kedua orang tua mu jika sebuah perjuangan tampa do’a orang tua atau orang tua tidak ridho maka sama saja sia-sia.”
Mita : “ Tapi kalau seperti karis apa itu cita-citanya Bu?”
karis : “ Kamu usil saja mit ……!”
Ibu liska : “Kalau impian karis terlalu banyak berkhayal kebanyakan nonton tv makanya mimpinya juga kesiangan,dan maka mulai saat ini jika punya cita-cita mu harus diperjuangkan. Belajar yang tekun biar menjadi president “.
karis : “Sukanya jalan-jalan saja.”
Ibu liska : “ Waduh, anti impiannya hebat. Kamu karis? Bantah saja!”.
karis: Impian saya ingin pergi ke bulan seperti minnion Bu?
Ibu liska : “ Minniooon …………??????”
Indra : “ Itu film kartun Bu. karis suka menonton film kartun jadinya suka berkhayal.”
narrator : “ Serempak siswa kelas 1 tertawa.dan kelas menjadi gaduh”
Ibu liska : “ Sudah! Sudah! Kamu ini bisa saja karis. Bagus juga ide mu. Kamu evita? “
evita : “ Saya bermimpi ingin menjadi pramugari wanita Bu… “,
karis : “ body mu ancur gituuuu…, sudah pendek kecil dekil,kuali dah item yah itu… iteman kamu lagi…., jangan-jangan yang naik pesawat belum- sudah main kabuuurrrrr……. kok ya kepengen jadi pramugari…….. apa gak salaaah….hahahahahhhhhaaaa...”
narrator : “ Lagi-lagi seluruh siswa tertawa atas celotehan karis”.
Ibu liska : “ Impian yang mulai evita. Kalau kamu indra?”
Indra : “ Impian saya sama seperti Ibu jadi guru di sekolah smp.”
karis : “Tampang belagak seperti mu tidak pantes jadi guru.pantesnya jadi tukang pijat keliling hahahahahaaaa….( ejek karis kepada evita dan indra)
narrator : “ Berkali-kali seluruh siswa tertawa. Kelas menjadi ramai suara teriakan dan suitan.”
Ibu liska : “ karis……. Karisssss…….. sekali lagi kamu ngeledek temanmu. Ibu jeweeerrr!( ucap nya dengan nada geram geregetan dan sengit suaranya terdengar keras)
narrator : “ Tiba-tiba suasana kelas menjadi hening atas bentakan Bu liska kepada karis”.
Ibu liska : “ Kalau kamu sindy dan Mita”.
Mita dan sindy : “ kami cita-citanya ingin jadi jurnalis/ penulis Buuuu……… “,(dengan kompaknya menjawab).
Ibu liska : “ Dari sekian banyak jawaban kalian mengenai tentang cita-cita dan impian sangat menarik bagus-bagus.( sembari mengangguk –anggukan kepalanya dan mata di tebarkan memandang ke seantereo ruangan kelas) Namun dalam meraihnya harus disertakan dengan perjuangan, pengorbanan, kerja keras tekun dan sabar”.
karis : “ teriring Doa Bu Dan restu orang tua?”
Ibu liska : “ ya benar kamu karis Jangan lupa untuk selalu berdoa juga restu /do’a kedua orang tua mu jika sebuah perjuangan tampa do’a orang tua atau orang tua tidak ridho maka sama saja sia-sia.”
Mita : “ Tapi kalau seperti karis apa itu cita-citanya Bu?”
karis : “ Kamu usil saja mit ……!”
Ibu liska : “Kalau impian karis terlalu banyak berkhayal kebanyakan nonton tv makanya mimpinya juga kesiangan,dan maka mulai saat ini jika punya cita-cita mu harus diperjuangkan. Belajar yang tekun biar menjadi president “.
Anti : “
bukan Belajar? Karis bu tapi
cuman main game aja bu????”
indra : “ iya Buuu……, juga usilin orang belajar…? Di suruh ngerjain PR bisanya cuman foto kopy aja ckkkkkkkkkkk ”
Ibu liska : “ Betul kata anti dan indra? Karissss……???”
indra : “ iya Buuu……, juga usilin orang belajar…? Di suruh ngerjain PR bisanya cuman foto kopy aja ckkkkkkkkkkk ”
Ibu liska : “ Betul kata anti dan indra? Karissss……???”
Narrator : “karis hanya diam dan melirik dengan mata
melotot pada anti dan indra.sedang anti dan indra mencibirr kearah karis ”
Ibu liska : “ Sebaiknya bermain itu boleh tapi jangan berlebihan.karis……???”
karis : “ Saya main game ketika libur sekolah dan bukan di sekolah Bu. Mereka saja yang iri.sirik bu”
Ibu liska : “ Iya Ibu tahu. Kamu anak pinter.Tepuk tangan buat karis
narrator : “ Serempak seluruh siswa memberi ejekan dan cemoohan kepada karis dengan suara sorakan uuuuuuuhhhhhhh……… dengan kalimat yang panjang.”
Ibu liska : “ ada tapinya loch……… nakaaaal.dan jail”
Ibu liska : “ Sebaiknya bermain itu boleh tapi jangan berlebihan.karis……???”
karis : “ Saya main game ketika libur sekolah dan bukan di sekolah Bu. Mereka saja yang iri.sirik bu”
Ibu liska : “ Iya Ibu tahu. Kamu anak pinter.Tepuk tangan buat karis
narrator : “ Serempak seluruh siswa memberi ejekan dan cemoohan kepada karis dengan suara sorakan uuuuuuuhhhhhhh……… dengan kalimat yang panjang.”
Ibu liska : “ ada tapinya loch……… nakaaaal.dan jail”
Narrator : suara sorakan kembali terdengar dan kelas
makin gaduh dan bising. Bel istirahat telah tiba datang.para siswa berhamburan
keluar kelas dan beristirahat.sedang bu liska pergi meninggalkan kelas 1
sembari menahan senyum simpul dan menggelengkan kepala melihat kelakuan para
siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar