Rabu, 01 Agustus 2018

TEATER KONVENSIONAL



TEATER KONVENSIONAL


Teater Konvensional adalah jenis pertunjukan teater yang didasarkan pada lakon drama yang bentuk penyajiannya konvensional. Istilah lain dari teater konvensional ini adalah sandiwara.


Contohnya misalnya adalah teater yang mementaskan kisah klasih Romeo dan Juliet karya William Shakespeare,


Teater konvensional dikelompokan ke dalam jenis teater non-tradisional bersama dengan teater kontemporer. Teater non-tradisional ini sendiri sering disebut dengan teater modern, adalah jenis teater yang tumbuh serta berkembang di tengah masyarakat kota besar oleh sebab itu banyak dipengaruhi teori barat utamanya dari kaum terpelajar.

Dalam pengertian yang lazim teater dapat dibagi ke dalam pengertian secara umum dan sempit. Pengertian teater secara umum atau lazim adalah suatu aktivitas atau kegiatan manusia dengan menggunakan tubuh atau objek-objek yang dapat digerakkan, dimana suara, tarian, dan musik adalah media utama dalam mengekspresikan cita, rasa, dan karsa seni.

Dalam arti luas Teater adalah segala tontonan yang ditampilkan di hadapan orang banyak, misalnya; dramatari, teatertari, sendratari, opera, operet, kabaret, wayang orang, ketoprak, ludruk, wayang golek, wayang kulit, srandul, randai, lonser, dagelan, berbagai pertunjukan musik atau karawitan, karnaval seni, sulapan, akrobatik, sepak bola, dan lain-lain. Sedangkan dalam arti sempit teater adalah Drama.

1. Drama
Istilah drama dalam bahasa yunani "Dran" atau "Draomai" yang artinya beraksi, berbuat, berlaku, bertindak. Secara lazim istilah drama artinya adalah salah satu bentuk teater yang menggunakan lakon dengan cara percakapan atau gerak gerik di atas pentas yang ditunjang beberapa unsur artistik dalam pertunjukan. Inti atau dasar dalam cerita drama tersebut adalah adanya konflik atau pertentangan, antara; tokoh, dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan masyarakat atau lingkungan.

Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang diceritakan kembali di atas pentas, disaksikan oleh banyak orang/ penonton menggunakan media; percakapan, gerak dan tingkah laku dengan dekor atau tata pentas dan berdasarkan pada naskah tertulis (narasi) dengan atau tanpa nyanyian, musik, dan tarian.

2. Sandiwara
Pertunjukan teater disebut "Sandiwara" pada zaman pendudukan Jepang. Kata sandiwara (bahasa Jawa) berasal dari dua kata yaitu "Sandi" yang artinya samar-samar, rahasia dan, "Wara" yang artinya berita, anjuran atau pengajaran. Jadi kata Sandiwara menurut Ki Hajar Dewantara artinya adalah ajaran, nasihat, atau anjuran melalui perlambangan. Istilah ini mula-mula digunakan oleh P.K.G. Mangkunegara VII sebagai pengganti Toneel.

3. Tonil
Istilah Tonil atau Toneel tidak lain adalah sandiwara atau pertunjukan atau teater di zaman pendudukan Belanda, tepatnya di tahun-tahun terakhir penjajahan Belanda, ketika muncul sebuah rombongan sandiwara bernama "Dardanella".

Jenis-Jenis Teater
Di Indonesua jenis-jenis teater dapat dibagi menjadi dua bentuk sajian. Kedudukan hidup berdampingan yang saling mempengaruhi dan bahkan merupakan sumber penciptaan yang satu terhadap yang lainnya. Dua jenis teater Nusantara tersebut dikenal dengan sebutan Teater Tradisional dan Teater Modern (Teater NonTradisional).

1. Teater Tradisional
Teater tradisional sering disebut dengan istilah "Teater Daerah" . Teater Tradisional ini merupakan salah satu bentuk teater yang berakar, bersumber dan dirasakan sebagai milik masyarakat di lingkungannya. Pengolahan teater ini berdasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. Teater tradisional ini memiliki ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan bentuk kebudayaan dilingkungannya.

Ciri-ciri utama Teater Tradisional adalah;
  • Menggunakan bahasa daerah,
  • Ada unsur nyanyian dan tarian,
  • Diiringi tetabuhan (musik daerah),
  • Dagelan/ Banyolan selalu mewarnai,
  • Adanya keakraban antara pemain dan penonton,
  • Suasana santai.
Jenis teater yang dapat dikategorikan ke dalam teater tradisional adalah; Teater Rakyat, Teater Klasik, Teater Transisi.

a. Teater Rakyat
Teater rakyat lahir secara spontanitas dalam kehidupan masyarakat, dihayati dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Umumnya teater rakyat lahir karena adanya dorongan kebutuhan masyarakat terhadap suatu hiburan, selanjutnya meningkat digunakan untuk kepentingan lain seperti kebutuhan untuk mengisi upacara adat.

Jenis-jenis teater rakyat yang ada di wilayah Indonesia, diantaranya;
  • Riau : Mendu dan Makyong.
  • Sumatera Barat : Bakaba dan Randai.
  • Kalimantan : Tatayungan dan Mamanda.
  • Bali : Topeng Arja, Topeng Cupak, Topeng Prembon.
  • Sulawesi : Sinrilli.
  • Jawa Barat :Ujungan, Sempyong (Majalengka); Angklung Sered, Buncis (Purwakarta); Dodombaan (Garut); Kuda Renggong, Lais, Sisingaan (Sumedang); Manorek, Ronggeng Gunung, Surak Ibra (Ciamis); Masres, Kuda Lumping, Akrobat (Indramayu); Uyeg (Sukabumi); Topeng Cisalak (Bogor); Wayang Bekasi (Bekasi); Topeng Banjet, Odong-odong, Sisingaan (Karawang dan Subang); Longser, Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Bandung); Topeng Cirebon, Wayang Kulit, Sintren, Kuda Kepang (Cirebon).
  • DKI Jakarta : Lenong, Topeng Betawi, dan Samra.
  • Banten : Debus, Ubrug.
  • Jawa Tengah : Srandul Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang (Wayang Wong).
  • Jawa Timur : Teater Ludruk, Teater Arja, Topeng, Topeng Malangan, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Wayang Gambuh, Gambuh, Ketoprak, Kentrungan, Calonarang.
b. Teater Klasik
Teater klasik adalah suatu perkembangan seni teater yang telah mencapai tingkat tinggi baik corak maupun teknisnya. Kemapanan dari jenis teater klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial tinggi lainnya. Oleh karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir di lingkungan istana (pusat kerajaan). Teater yang termasuk ke dalam jenis teater klasik diantaranya; Wayang Golek (Jawa Barat), Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).

Cara pementasan teater klasik sudah tidak sebatas teater rakyat. Teater klasik harus sudah menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.

c. Teater Transisi
Teater transisi pada dasarnya juga bersumber pada teater tradisional, tetapi gaya pementasannya sudah mendapatkan pengaruh teater barat. Pengaruh dari teater barat terlihat pada tata cara penyajiannya. Meskipun pada teater transisi ini masih belum setia terhadap naskah teater, namun karena tumbuh dan berkembang di masyarakat perkotaan dan dimainkan oleh para pendatang, teater ini tidak mencerminkan aspirasi masyarakatnya secara utuh.

Yang termasuk dalam jenis teater transisi pada masa awal, seperti; Dardanella dan sandiwara komedi Stambul. Teater semacam ini lebih sering disebut "Sandiwara". Sedangkan teater transisi masa sekarang adalah; sandiwara Bangsawan (Sumatera Selatan dan Utara), sandiwara Sunda (Jawa Barat), sandiwara Srimulat (Jawa Timur).

2. Teater Modern (Teater NonTradisional)
Teater modern atau istilah lainnya adalah teater nontradisional merupakan jenis teater yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat perkotaan dan mendapatkan pengaruh teori-teori barat, terutama kaum terpelajar. Sejak abad ke-19 Indonesia sudah mengenal teater modern ini. Bentuk-bentuk pertunjukannya sangat terakomodir, antara lain; baca Puisi, Visualisasi Puisi, Musikalisasi Puisi, Deklamasi, Dramatik Reading, Monolog, Teater Konvensional, Teater Eksperimen, Teater Alternatif, Teater Jalanan, Jeprut, Happening Art, Pertunjukan Posmodernisme, Drama Televisi, Sinetron, Dunia Sineas dan Perfilman.

Bentuk pementasan teater modern cenderung lebih tertata. Panggung atau Stage selalu menjadi pilihan sebagai tempat pertunjukan. Pada perkembangannya, pertunjukan teater modern terkadang mencoba kembali lagi ke akar tradisi. Artinya, menyesuaikan tempat pertunjukan sesuai keinginan sutradara tentang bagaimana cerita itu dipentaskan, bisa ditempat terbuka bisa juga ditempat tertutup .

Teater modern membutuhkan seorang Sutradara yaitu pengatur jalannya cerita yang akan disampaikan. Sutradara akan mengatur mulai dari gerak/ action, percakapan atau dialog di atas pentas sesuai naskah, tata artistik panggung, dan juga musik pengiring suasana.

Sumber cerita karya teater modern dapat diperoleh dari karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, otobiografi, dan biografi yang ditulis oleh sastrawan. Selain tulisan para sastrawan, sumber cerita karya teater modern dapat diperoleh dari pengamatan pola hidup masyarakat dengan berbagai kegiatan yang dilakukan dan juga budaya remaja.


NASKAH TEATER KONVENSIONAL  10 ORANG 

 CERITA ANAK SMK

Ada cerita di sebuah SMK. Di sekolah megah ini terdapat sebuah kelompok yang jahat yang sukanya menindas kelompok yang baik. Disamping itu juga ada siswa baru dari Paris yang datang ke Indonesia, karena mengikuti orang tuanya yang pindah Kantor ke Indonesia. Ia juga bertemu dengan siswa yang sama dari Paris di kelas. Berikut ini tokoh-tokohnya serta karakter yang dimiliki dari masing-masing tokoh:

JUDUL                       :  CERITA ANAK SMK
TEMA                         :  PERSAHABATAN
PEMERAN                 :
Ø Kelompok Baik
v Tya               : Anak rajin, suka membaca dan menasehati, serta berwawasan luas.
v Lia                : Agak lemot, lucu, dan woles.
v Khusnul        : Pendiam, dan suka ngantuk kalau di Kelas.
v Pipin             : Clemang-clemong, tapi semua kata-katanya bermakna, dan positif
                              thinking.

Ø Kelompok Jahat
v Eka                 : Leader geng jahat, dan gak mau disalahin.
v Nabila             : Tomboy, pengawal di geng jahat.
v Ainun              : Up to date banget, galak.
 
Ø Siswa Blasteran
v Diart               : Mau bergaul dengan siapa saja.
v Farida             : Siswa baru yang datang dari Paris dan menilai salah tentang budaya
  Indonesia.

         Ø Guru favorit SMK Widuri Internasional
         v Pak Robin       : Guru favorit di SMK Widuri Internasional.
 






NASKAH CERITA ANAK SMK

Di kelas murid-murid bernyanyi bersama, tiba-tiba Pak Robin datang.
Pak Robin         : “Selamat pagi anak-anak.”
Murid-murid  
: “Selamat pagi pak.”
Pak Robin      
  : “Pagi ini kita kedatangan siswa baru dari luar negeri.”
Ainun                : “Waaahh swasta dong pak, hehe..”
Pak Robin      
  : “Huusst sembarangan aja kamu ini, dengerin dulu. Silahkan kenalkan diri
                              kamu.
Farida                : “I want to introduce myself. My name is Farida. I come from Paris.”
Murid-murid    
          : “Waaa Paris..”
Nabila                : “Paris darimana?? Perempatan
Ciamiss?? Haha..”
Eka                    : “Aaaah sok banget lu pake bahasa Inggris. Ini Indonesia guys!”
Pak Robin      
  : “Apakah kamu bisa berbahasa Indonesia??”
Farida                : “Bisa pak.”
Nabila                : “Halaah tuh bisa bahasa Indonesia. Udah pake bahasa Jawa aja! Bahasa
                              Planet juga boleh.”
Khusnul         
  : “Emmm ada apa ini rame-rame??” (terbangun dari mimpi panjangnya)
Pipin
                  : “Alaaah kamu tuh yah molor mulu.”
Khusnul         
  : “Hehehe.. maaf-maaf. Semalem abis begadang nonton bola.”
Lia                     : “Iyaa semalem yang menang kan Taufik Hidayat.”
Tya                    : “Menurut buku yang aku baca, atlet Taufik Hidayat itu pemain bulu tangkis,
                              bukan sepakbola Lia.”
Lia                     : “Oh iya yaaa.”
Pipin
, Khusnul  : “Huuuuh tell me!!”
Pak Robin      
: “Lho lho lhoo.. Kenapa pada sibuk sendiri?? Farida, kamu sekarang boleh
                                     duduk.Kamu bisa duduk disamping Diart. Dia juga murid blasteran asal
                                     Paris lho. Benar kan Diart??”
Diart                  : “Iya pak. Papa saya dari Paris.”
Eka                    : “Udah
, sana gabung ama spesies yang sama.”
(Saat Farida menuju ke bangkunya, tiba-tiba Farida jatuh karena disandung yang disebabkan oleh kaki Ainun, dan kelompok jahat makin ricuh. Diart datang dan membantu Farida untuk berdiri).
Diart                  : “Kamu gak apa-apa??”
Farida                : “Gapapa kok. Makasih yaa. Orang Indonesia gak sopan yah.”
Pak Robin         : “Bapak tidak mau kalau nanti mendengar berita bahwa Farida dikerjain
                              sama kalian-kalian.”
Eka                    : “Huuh bule gadungan.”
Diart                  : “Hei bisa gak sih ngehargai orang!”
Pak Robi
n         : “Sudah, sudah! Sekarang pelajaran Sejarah Indonesia. Kita akan membahas
                              tentang globalisasi dan pengaruh barat yang merugikan Indonesia. Disini
                              ada yang tahu apa itu globalisasi??”
Lia                     : “Saya pak. Globalisasi adalah gabungan dari kata global dan sasi. Jadi kalo            dibalik akhirnya menjadi sasi dan global. Kemudian dapat diketahui lebih
                                     mendalam lagi arti globalisasi itu adalah suatu global yang ada di
 Indonesia. Tapi akhirnyaa..”
Pipin                  : “Akhirnya globalisasi! Terus artinya apa Lia?!!”
Lia                     : “Hehehe ya globalisasi.”
Pak Robin         : “Hmm ada yang ta
hu? Khusnul,  kamu lagi ngapain??”
Khusnul
             : (Terbangun) “Eh iya. Ada apa pak?”
Pak Robin         : “Apa yang kamu ketahui tentang globalisasi??”
Khusnul             : “Heehh
, apaan tuh?? Hehehe maaf pak, saya tidak tahu.”
Tya                    : “Saya ta
hu pak. Menurut buku yang pernah saya baca, globalisasi itu...”
Pak Robin         : “Yaahh kurang lebihnya memang seperti itu. Globalisasi itu membawa
                              pengaruh bagi bangsa Indonesia. Berdampak baik, namun juga berdampak
                                      buruk.”
Tya                    : “Tapi lebih banyak pengaruh buruknya, pak. Contohnya saja dalam ber-
                                      pakaian. Orang barat memakai pakaian mini dan sangat tidak sopan.
                              Pergaulan juga semakin bebas pengaruh dari luar.”
Diart                  : “Maaf. Tapi pak, pengaruh luar juga sangat mendukung kelancaran
                              teknologi di Indonesia. Teknologi di Indonesia semakin canggih, kan
                              berkat globalisasi.”
Khusnul             : “Betul itu pak. Berkat teknologi, aku jadi bisa
Facebook-an, Twitter-an,
                              What’s App, dan lain-lain.”
Pipin                  : “Iya pak. Yang paling aku suka, aku bisa lebih mudah ngerjain tugas. Ka
n
                                      tinggal browsing ajah. Hehe ups..”
Lia                              : “Emm tapi tetep aja Indonesia lebih hebat daripada luar negeri. Di luar
                                               negeri kan gak ada Borobudur, Prambanan, Pulau Komodo. Pokoknya
                                               Indonesia hebat deh.”
Tya                    : “Tumben, bener ngomongnya.”
Lia                     : “Hehe iya dong. Catet ahh biar kagak lupa!”
Farida                : “Di luar negeri juga banyak kok hal-hal yang indah kayak gitu. Ada me
nara
                                      Eiffel, Gedung Parlemen, Tembok Cina, dan masih banyak lagi.”
Eka                    : “Yeee dia sok tau.”
Diart                  : “Emang kamu pernah ke luar negeri?!”
Eka                    : “Emm ya
, yaa udah dong.”
Nabila                : “Lhoh
, kapan ka??”
Ainun                : “Kayaknya belum pernah deh.”
Eka                    :
        (Ekspresi malu, dan berbisik) “Diem lu pada!”
Pak Robin         : “Kalian itu yah, dijelasin malah pada bahas sendiri-sendiri. Ya
sudah,
                              sekarang bapak lanjutkan ya. Apa peranan dari...
(Bel istirahat berbunyi. Dengan cepat kelompok jahat lagsung keluar kelas)
Ainun                : “Waah istirahat! Ayo ke kantin!!”
Nabila
, Eka       : “Ayoo ayo!”
Pak Robin         :
“Heii! Dasar murid-murid ga sopan! Gurunya belum keluar udah lari ke
                              Kantin. Ya sudah, bapak akhiri ya anak-anak. Selamat siang..”
(Murid lain juga pergi ke kantin dan meninggalkan kelas. Tinggal Diart dan Farida)
Diart                  : (Memasang headset dan bernyanyi dengan suara keras)
Farida
               : (Menarik headset Diart) “Aku benci Indonesia.”
Diart                  : “Kalo kamu benci Indonesia, kenapa kamu pindah ke Indonesia??”
Farida                : “Papaku pindah kantor ke Indonesia. Jadi terpaksa aku ikut.”
Diart                  : “Terus yang bikin kamu jadi benci Indonesia apa??”
Farida                : “Indonesia sangat terikat dengan adat. Serba penuh aturan! Gini gak bole
h
                              gitu juga gak boleh. Banyak larangan! Sebel!!”
Diart                  : “Betul itu! Tapi kamu harus bisa nyesuaiin diri sama lingkungan disini.
                              Dulu aku juga kayak kamu. Pake rok mini aja langsung disuruh ganti.
                              Pokoknya banyak batasan deh.”
Farida                : “Iya. Beda banget sama di Paris. Kita bebas ngelakuin apa aja.”
Diart                  : “Sipp. I agree with you.”
Farida                : “Temen-temen disana juga asik-asik. Ga kayak disini yang bikin eneg! I
                                      dislike that!”
Diart                  : “Sabaarr.. Oya, pulang sekolah nanti hang out yuk. Aku ajak kamu muter
-
                              muter Jakarta deh. Gimana??”
Farida                : “Okee. Emm aku laper nih. Ke
Kantin yuk!”
Diart                  : “
Yuk. Let’s go!”

(Eka, Ainun, dan Nabila berjalan sambil bernyanyi bersama. Lalu mereka menghampiri mading sekolah. Di sana telah ada Pak Robin yang membawa brosur pengumuman.)
Pak Robin         : “Anak-anak, ini ada pengumuman penting tentang Anniversary Party
                                     Widuri Internasional.” (Kemudian pergi)
Nabila                : “Ka, Nun, gimana kalo kita ikut dance??”
Ainun                : “Oke sip setuju aku. Tapi ngedance apa??”
Eka                    : “Emmm itu lhoo ngedance yang kayak kuda.”
Ainun                : “Ganggang style??”
Eka                    : “Ahh iyaa itu betul!”
Nabila                : “Hm gangnam style kaleee. Ga sekalian gang tujuh, gang delapan, gang
                              sembilan...”
Ainun                : “Hahaha jangan deh, itu aja yang kayak gini
.” (Joget ala suffle)
Nabila                : “Itu mah gaya orang mabok. Ada-ada aja lu.”
Eka                    : “Apa india aja?? Aca aca mehere tumhara kuchekkuchek klambineee..”
                             (Sambil memperagakan tari india)
Ainun                : “Aaah itu mah film kesukaan emak gue.”
Eka                    : “Emak gue juga. Hahaha oya pulang sekolah ntar kita lati
han lho ya.”
Nabila                : “Yaudah yuk ke
Kantin. Yuk cusss”
Setting masih di madding.
Tya                    : “Waaah ada info baru nih! Tentang kesenian. Seru nih, menurut buku
                              yang pernah aku baca, kesenian tari itu kesenian yang mengandalkan
                                      gerak tubuh seseorang untuk berekspresi.”
Pipin                  : “Iya iyaa.. Udah tau. Gak usah dijelasin juga udah paham!”
Lia                     : “Emang tadi
Tya jelasin apa??”
Khusnul             : “Akhh elu! Bener-bener lola ya! Kalo disamain ama dispenser yah itu
                              Pentium! hehe.”
Tya                    : “Menurut buku yang pernah aku baca, dispenser itu gak ada pentium. Yang
                              ada mah computer kale.”
Khusnul             : “Upss salah lagi deh.”
Pipin                  : “Emm kita perform tari tradisional aja yuk.”
Lia                     : “Waahh setuju! It’s good idea!”
Khusnul             : “Iya, nanti
Tya aja yang ngajarin kita-kita. Dia kan jago banget.”
Tya                    : “Oh ya dong. Tya gituu lhhoo..”
Pipin                  : “Okelah kalo begitu..”
Diart                  : “Excuse me, kalian mau ikut perform ya??”
Lia                     : “Oh iyaa dong. You??”
Farida                : “Emm iya. Tapi I’m confuse.
Aku gak tau mau perform apa. Belum ada
                              bayangan.”           
Pak Robin         :
        (Datang dengan membawa bolpoin) “Saya menemukan bolpoin. Ada yang
                              merasa kehilangan??”
Farida                : (
Mencari bolpoinnya) “Maaf pak, itu milik saya.”
Pak Robin         : “Ini milikmu??”
Farida                : “Thank you
, sir.” (Menerima pake tangan kiri)
Pak Robin         : “Baiklah. Saya ke kantor dulu ya.”
Khusnul             : “Hei kamu gak sopan yah!”
Farida                : “What’s??”
Pipin                  : “Iya. Masa nerima bolpoin pake tangan kiri??”
Farida                : “Terus masalahnya apa??”
Tya                    : “Menurut buku yang aku baca, kalo menerima pemberian dari orang lain
                              apalagi dari orang tua harus menggunakan tangan kanan. Biar sopan.”
Diart                  : “Iyaa betul itu.”
Farida                : “Alaaahh di Paris aja bebas kok.”
Diart                  : “Tapi kamu harus menyesuaikan.”
Farida                : “Tapi Diart, kita hidup secara rasional dan freedom. Gak semua harus ad
a
                              aturan!”
Khusnul             : “Hellooo mbak yuu!! Tapi ini Indonesia! Kamu tau resikonya kan kalo
                                     tidak dapat menyesuaikan adat??”
Farida                : “Aku tak pernah takut dengan resiko! Aku bukan orang-orang Indonesia
                              yang suka berpikir terlalu panjang kali lebar untuk memperhitungkan
                              resiko yang gak jelas!”
Diart                  : “Udah
, udah! Masa Cuma gara-gara tangan kanan or tangan kiri aja kita jadi
                              berantem?”
Lia                     : “Tapi ini masalah kesopanan. Kita orang timur harus melestarikan yang  
    namanya kesopanan! Kita kan punya pendirian.”
Pipin                  : “Iya. Aku gak suka ada orang yang meremehkan kesopanan.”
Farida                : “Terus sekarang kalian mau apa kalo aku gak sopan??”
Diart                  : “Udah jangan berantem! Walaupun kita beda ras dan suku, gak seharusnya
                              diperdebatkan seperti ini. Maaf temen-temen, mungkin Farida perlu
                              adaptasi yang lebih.”
Tya                    : “Okee. Semoga tidak terulang lagi.”
Khusnul             : “Udah yukk ke kelas. Aku ngantuk.”
Pipin                  : “Yaahh elu mah emang
Miss Sleepy!”
(Tya dan kawan-kawan memasuki kelas sambil berbincang)
Tya                              : “Heii gimana rencana yang tadi?? Jadi kan kita tari tradisional?”
Eka                              : “Ekhemm. Ciyee ada yang mau nari jaipongan nih yee.. haha”
Ainun                          : “Idihh kampungan banget dehh..”
Lia                               : “Udah deh gak usah pada sirik! Iri kan elu pada!”
Nabila                          : “Jiaaahhh ga level! Kita mah ngedance gitu lho. Iya ngga guys??”
Tya                              : “Hei kamu orang Indonesia kan?? Seharusnya kamu melestarikan budaya
                                Indonesia. Bukan malah menjelek-jelekan budaya Indonesia.”
Pipin                            : “Bener banget tuh. Sok kebarat-baratan!”
Eka                              : “Eh sok tau banget lu pada!”
Khusnul            
          : “Kayak kita dong bisa nyanyi lagu jawa.” (Menyanyi suwe ora jamu)
Lia                               : “Kita juga bisa nyanyi lagu yang lain.” (
Nyanyi lagu apuse)
Ainun                          : “Alaahh
Apuse kan orang gila yang ada di perempatan nusa indah!”
Tya                              : “Huu sembarangan banget kamu!”

(Diart dan Farida dating. Dan mereka jalan menuju ke bangku mereka sambil menyanyikan sebuah lagu).
Nabila                  : “Eh bule kembar silang! Mau gak gabung ngedance sama kita?”
Diart                    : “Of course. Kita juga lagi bingung nih mau perform apa.”
Eka                      : “Oke dah sip. Ntar pulang sekolah kita latihan ya. Dan gue ga mau ada
                                yang pulang duluan.”
Farida                  : “Tapi sorry, aku ntar harus ke
Apotik dulu mau beli obat.”
Ainun                  : “Yaudah deh.”
(Pak Robin datang ke kelas dan membawa kabar gembira untuk murid-murid.)
Pak Robin         : “Siang anak-anak.”
Murid-murid     : “Siang pak..”
Pak Robin         : “Bapak bawa kabar gembira buat kalian semua. Hari ini ada rapat sehingga
                                      jam pelajaran cukup sampai jam ini dan kalian boleh pulang sekarang.
                                      Silakan berkemas-kemas.”
Murid-murid     : “Horeee.. Pulangg..”
Ainun                : “Doo bee doo bee doo bee doo bae..”
Murid-murid     : (
Sambil pulang menyanyi bersama)

Di Aula. Sudah ada Eka, Ainun, dan Nabila yang sedang latihan dance.
Eka                    : “Huh si bule kembar silang kemana aja sih?! Lama banget. Udah ngoyolot
                              nih!”
Ainun                : “Masih mending lu, daripada gue uda ngoyot ngembang plus berbuah lagi!”
Nabila                : “Yaa baguslah. Kalo lu pada berbuah kan tinggal gue yang petik, di panen,
                              truss gue jual. Income deh. Haha”
Ainun + Eka      : “Hehh enak banget lu!”
Nabila                : “Iya dong. Hehe”
           
Tiba-tiba Diart dan Farida datang dari apotik dengan ngos-ngosan.
Ainun                : “Hey. Ini dia nih orangnya!”
Diart                  : “Aduh guys, sorry yaah kita telat. Tadi di
Apotik ngantrinya panjaaaaaang
                              banget. Berasa kayak ngantri BLT tuh tadi.”
Eka                    : “Ouh pantes. Tadi selain ke
Apotik, sekalian ngantri BLT juga ya?!”
Nabila                : “Semedi dulu yah tadi? Gak tau apa kita udah nunggu mpe berhari-hari
                              Cuma buat latihan??”
Ainun                : “Sejam Nabila! Gak nyampe sehari kale. Lebay ah lu!”
Diart                  : “Kayaknya malah ga ada sejam kok kita pergi.”
Eka                    : “Alahh! Yaudah sana play lagunya!”
Diart                  : “Oke.” (
Ngeplay lagu)
Eka                    : “Jiaahh bukan itu lagunya! Masa lagu dangdut sih!”
Diart                  : “Hehe maaf. Yang ini kan??” (
Ngeplay lagu campur sari)
Ainun                : “Aaarrggh! Payah banget sih loe! Sini sini gue aja yang play. Ga becus
                              banget!” (Sambil dorong Diart)
Diart                  : “Yaahh sorry. Aku kan gatau.”
Nabila                : “Masa bule gak tau lagu-lagu modern?! Kampungan banget sih loe!”
Ainun                : “Naahh ini dia lagunya. Yaudah yukk latihan!”

Lalu mereka latihan dance. Dan akhirnya latihan pun selesai.
Eka                    : “Ahh cape banget. Farida, tolong ambilin gue minum dong!”
Nabila                : “Sekalian ambilin gue handuk ya! Keringetan nih!”
Farida                : “Ohh oke oke!”
Ainun                : “Hey, kenapa gue gak diambilin sekalian??”
Farida                : (
Berjalan menuju Nabila, dan dilemparkan handuknya ke muka Nabila)
                             “Heh! Kamu pikir aku pembantu kalian yang bisa disuruh-suruh
                               seenaknya aja?!”
Diart                  : “Iya nih! Jangan mentang-mentang Farida murid baru ya, terus kalian bias
                              seenaknya aja!”
Eka                    : “Halah. Cius?? Miapa??”
Nabila                : “Mie goreng. Goreng apa??”
Ainun                : “Goreng ikan. Ikan apa??”
Eka                    : “Ikan mas! Masalah buat loe??!”
Farida                : “Udah. Udah! Kita ga jadi ikut ngedance bareng kalian deh!”
Diart                  : “Heeh! Lebih baik kita pergi aja. Kita juga bisa ngedance sendiri kok!
                              Tanpa kalian pun kita bisa! Yuk Far.”
Farida                : “Oke. Yuk cabut!!” (
Keluar dari Aula bareng Diart)
Eka                    : (
Ga lama kemudian juga pergi)
Nabila                : “Eh ka. Mau kemana??”
Eka                    : “Pulang!”
Ainun                : “Ikut pulang ah!”
Nabila                : “Yaahh kok gue di tinggal sendirian? Heyy tunggu!!”
                            (Mengejar Eka dan Ainun)

Tya dan kawan-kawan memasuki Aula.
Lia                               : “Yeee Aula kosong! Kita bisa gunain buat latihan sampeee puass!!”
Pipin                            : “Iya! Selangkah lebih maju!! XL sampe puaaasss!!”
Khusnul                       : “Lah loh! Kok malah promosi sih??”
Tya                              : “Yaudah yukk kita latihan aja.” (
Ngeplay lagu)
Khusnul                       : “Tyaa.. Aku malu nih kalo disuruh nari beginian. Aku ga bisa..”
Lia                               : “Waaahh optimis dong. PD ajah kali! Biasanya juga malah malu
-maluin.”
Pipin                            : “Yaps betul! Gak beda jauh juga sama kamu! Haha”
Tya                              : “Ssstt menurut buku yang pernah aku baca, malu itu diperbolehkan, tapi
                                        kalo untuk masalah perform didepan orang banyak kita mesti PD!”
Khusnul                       : “Yaaahh tetep aja malu.”
Lia                               : “Ahh udah lah gapapa. Ayoo mulai!”
Tya                              : (
Memimpin) “Satu dua tiga empat lima…”

Diart dan Farida yang melihat latihan Tya dan kawan-kawan dari luar Aula.
Diart                            : “Tarian mereka bagus juga yah. Unik.”
Farida                          : “Iyaa..
Aku jadi tertarik buat gabung sama mereka.”
Diart                            : “Hah! Ide bagus!!”
Farida                          : “Tapi aku gak enak nih gara
-gara tadi abis debat sama mereka.”
Diart                            : “Ih gapapa. Mereka baik
-baik kok. Mereka pasti maklum. Percaya deh
                                        sama aku.”
Farida                          : “Bener yaa. Yaudah deh yuk ke sana.”

Diart dan Farida menghampiri mereka yang sedang latihan.
Farida                          : “Temen-temen, kita boleh gabung??”
Tya                              : “Emm ada apa nih??”
Diart                            : “Emm ga ada apa-apa kok. Kita Cuma tertarik aja sama tarian kalian
                                barusan.”
Pipin                            : “Hehe iyaaa. Baguskan??”
Farida                          : “Iya bagus!”
Lia                               : “Eh tapi bukannya kalian tadi udah gabung sama kelompoknya Eka CS??”
Diart                            : “Iya sih. Tapi sekarang enggak. Soalnya mereka semena-mena sih sama
                              kita.”
Khusnul             : “Wah baru tahu yaaa??”
Lia                     : “Baru tempe aja deh! Tempe apa?? Tempe orek, tempe goreng, apa tempe
                              mendoan?? Apa lagi kalo pake sambel. Puedeess puool. Mantep! I like it!”
Tya                    : “Wahh kamu nih pikirannya makanan mulu!”
Pipin                  : “Duh jadi laper nih!”
Tya                    : “Emm gimana kalo kalian gabung aja sama kita-kita??”
Khusnul             : “Naah sip. Setuju!”
Diart                  : “Waaahh. Gimana Far??”
Farida                : “Oke deh. Tapi by the way sorry yah guys buat yang tadi. Aku salah
                              menilai Indonesia.”
Tya                    : “Oh itu. Ga apa apa kok Far.”
Pipin                  : “Tenang! No problem..”
Lia                     : “No smoking!”
Khusnul             : “Haha emang siapa yang ngerokok??”
Lia                     : “Hehe gak ada sih.”

Lagi-lagi Pak Robin datang dengan tiba-tiba.
Pak Robin         : “Siang anak-anak. Kenapa kalian belum pulang??”
Tya                    : “Eh ini pak. Kita lagi latihan tari buat perform di Anniv nya SMK Widuri
                                      Internasional yang ke 30 tahun pak.”
Pak Robin         : “Owalah.. Ya bagusslah kalo begitu. Partisipasi kalian memang penting.
                                      Tapi sekarang udah sore lho yah.”
Pipin                  : “Iya pak. Ini juga udah selesai kok.”
Farida                : “Iya pak. Kita juga mau pulang sekarang. Iya kan Di??”
Diart                  : “He
eh. Gimana kalo kalian pulang bareng kita. Aku bawa mobil kok.”
Khusnul             : “Ohehe oke oke. Itung-itung hemat ongkoslahh.”
Lia                     : “Ya udah, kami pamit pulang dulu yah Pak.”
Pak Robin         : “Iya iya silakan. Hati-hati yaa.”

Malam Anniversary 30 tahun SMK Widuri Internasional.
Pak Robin         : “Selamat malam bapak/ibu guru, dan siswa-siswi SMK Widuri Interna-
                              sional. Selamat datang dalam puncak acara Anniversary 30 tahun SMK
                              Widuri Internasional. Malam ini kita akan menampilkan beberapa per-
                              formance dari siswa-siswi Widuri Internasional tercinta ini. Ga pake lama-
                              lama, langsung saja kita sambut penampilan yang pertama dari kelompok
                                      Eka dan kawan-kawan.”

Kelompok Eka perform. Namun sangat tidak memuaskan karena Eka jatuh disaat mereka sedang menampilkan tarian dance moderennya di atas panggung.
Pak Robin         : “Yaahh beri tepuk tangan yang meriah untuk perform pertama. Bagus
                              bukan?? Walaupun ada sedikit masalah tapi tidak akan mengganggu
                                      jalannya party malam ini. Dan untuk performance selanjutnya, ini dia
                              penampilan Tya dan kawan-kawan dengan tari tradisionalnya.”
Tya CS menari dengan kompak dan sangat luwes. Benar-benar memuaskan audience. Dan tiba saatnya salam penutup dari Pak Robin.
Pak Robin         : “Oke. Sayang sekali waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Artinya
                              acara Anniversary 30 tahun SMK Widuri Internasional telah selesai. Saya
                              pribadi mohon maaf jika ada perkataan saya yang kurang berkenan dan
                                                      saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam acara
                              ini. Selamat malam.”

Di belakang panggung.
Ainun                : “Heh! Maksud loe itu apa?? Pake acara jatoh segala! Malu-maluin gue tau
                                     gak!”
Eka                    : “Helloo.. Sorry gue tadi gak sengaja. Lagian yang kayak gitu aja loe
                              permasalahin. Gak penting banget!”
Nabila                : “Itu penting Eka. Kalo lu tadi gak jatoh, perform kita pasti ga kacau dan
                              pasti lebih baik dari Tya and the ganknya itu!”
Ainun                : “Malu-maluin tau gak! Gak terima gue!” (
Dorong Eka)
Eka                    : “Heh gak usah nyolot dong! Biasa aje dong! Cari masalah am
a ague??”
                             (Dorong Ainun balik)
Nabila                : “Duhh kenapa jadi berantem kayak gini??”
Eka                    : “Dia duluan nih, sok banget! Sok cantik lagi!!”
Ainun                : “E
h elu tuh yang sok cantik! Apa loe??!”
Eka                    : “Apa?!” (
Makin berantem)
Nabila                : “Haduduh udaahh. Jangan brantem!!”
           
Tya CS datang.
Diart                  : “Ehh ehh stop stop! Kalian kenapa sih??”
Lia                     : “Kayak anak kecil aja deh.”
Tya                    : “Heyy ada apa sih??”
Eka                    : “Dia duluan nih yang mulai!”
Ainun                : “Apa?? Elu yang cari gara
-gara!”
Khusnul             : “Udah udah!!”

Nabila dan Khusnul megangin Eka. Pipin dan Lia megangin Ainun.
Nabila                : “Udah dong temen-temen, udah!”
Farida                : “Kalian tuh anak Indonesia. Gak sepatutnya berantem seperti ini. Sama
                                     sekali tidak menciri khaskan anak Indonesia!”
Diart                  : “Aduuhh udah dong! Kalian kan sahabatan! Ga perlu lah brantem Cuma
                                     garagara hal sepele kayak gini!”
Tya                    : “Iya! Jangan nodai persahabatan kalian dengan sedikit permasalahan.”
Pipin                  : “Masalah itu bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.”
Eka                    : “Tapi dia nyolot duluan! Coba dia ga
k nyolot kayak tadi!”
Ainun                : “Lu juga tau!”
Farida                : “Udahh! Aku pengen kalian baikan!”
Eka                    : “Enggak!”
Ainun                : “Enggak!!!”
Khusnul             : “Ayoo dong baikan.”
Lia                     : “Kalian gak inget apa, gimana dulu kalian membangun persahabatan kalian
                              yang begittuuuu indah?! Terus sekarang rusak gitu aja?? Inget deh gimana
                              awal persahabatan kalian!”
Nabila                : “Iya nih. Jangan brantem dong. Emang lu pada ga kasian ama gue??”
Pipin                  : “Persahabatan tuh perlu toleransi dan pengertian. Dan juga gak Cuma ada di
                                     saat kita butuh doang.”
Diart                  : “That’s right. Dipersahabatan itu gak ada yang namanya ego.”
Tya                    : “Udah sini Eka!” (
Menarik tangan Eka untuk bersalaman dengan Ainun)
                            “Ainun sini!” (Tarik tangan Ainun juga) “Baikan yaahh.”

Lalu Eka dan Ainun pun berjabat tangan dan berpelukan. Mereka kembali akur.
Semua               : “Horeee..”
Pipin                  : “Berpelukaaaaannn.” (
Meluk Lia)
Lia                     : “Ihh kok jadi kita yang pelukan gini??”
Eka                    : “Makasih yah guys. Kalian udah nyadarin kita. Kita selama ini udah jahatin            kalian semua. Gataunya kalian baik banget dan sangat peduli sama kita
-
                              kita Aku minta maaf yah Ai”
Ainun                : “Iyaa Eka. Aku juga minta maaf sama kamu.”
Farida                : “Okehh. Sekarang kita berteman semuanya yah!”
Nabila                : “Iyaa maaf yaa sekali lagi, kita sering jahil sama kalian.”
Diart                  : “No problem..”
Tya                    : “Gapapa kok Nab. Kita buka lembaran baru yang indah dimulai dari
                              sekarang.”
Pak Robin         :
        (Nongol lagi, lagi, lagi daaaan lagi) “Ada apa ini?? Ada reunian apa ini??”
Khusnul             : “Yahhh bapak nongol lagi deh. Telat pula. Hehe ..”
Pak Robin         : “Kok kayaknya ada yang r
ibut-ribut??”
Lia                     : “Ini lho pak, kita lagi bahas sesuatu.”
Pak Robin         : “Ohh gitu. Emang lagi pada bahas apa??”
Farida                : “Lagi bahas kalo persahabatan ituuu…..”
Semua               : “Bagai kepompongg!! Haha”

Semuanya pun berpelukan sambil bernyanyi bersama Pak Robin. Cerita SMK pun menjadi semakin indah dengan persahabatan mereka.

Hasil gambar untuk pengertian teater konvensional dan contohnya
TUGAS SENI BUDAYA

KLIPING TENTANG TEATER KONVENSIONAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH

KELOMPOK
ASMILA SARI AZIS
ISNAWATI
EVIO ALHIKMAH
KOFIFAH
NUR FANISA
TRIA ANGGARA KASIH
ITA NURFIAH
INDRIANI SYARIF
FANDI
MUH. ARIF


SMK SYEKH YUSUF GOWA
TAHUN AJARAN 2018 / 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar