TEATER
KONVENSIONAL
Teater Konvensional adalah jenis
pertunjukan teater yang didasarkan pada lakon drama yang bentuk penyajiannya
konvensional. Istilah lain dari teater konvensional ini adalah sandiwara.
Contohnya misalnya adalah teater
yang mementaskan kisah klasih Romeo dan Juliet karya William Shakespeare,
Teater konvensional dikelompokan ke
dalam jenis teater non-tradisional bersama dengan teater kontemporer. Teater
non-tradisional ini sendiri sering disebut dengan teater modern, adalah jenis
teater yang tumbuh serta berkembang di tengah masyarakat kota besar oleh sebab
itu banyak dipengaruhi teori barat utamanya dari kaum terpelajar.
Dalam pengertian yang lazim teater
dapat dibagi ke dalam pengertian secara umum dan sempit. Pengertian teater
secara umum atau lazim adalah suatu aktivitas atau kegiatan manusia
dengan menggunakan tubuh atau objek-objek yang dapat digerakkan,
dimana suara, tarian, dan musik adalah media utama
dalam mengekspresikan cita, rasa, dan karsa seni.
Dalam arti luas Teater adalah segala
tontonan yang ditampilkan di hadapan orang banyak, misalnya; dramatari,
teatertari, sendratari, opera, operet, kabaret, wayang orang, ketoprak, ludruk,
wayang golek, wayang kulit, srandul, randai, lonser, dagelan, berbagai pertunjukan
musik atau karawitan, karnaval seni, sulapan, akrobatik, sepak bola, dan
lain-lain. Sedangkan dalam arti sempit teater adalah Drama.
1. Drama
Istilah drama dalam bahasa yunani "Dran"
atau "Draomai" yang artinya beraksi, berbuat, berlaku,
bertindak. Secara lazim istilah drama artinya adalah salah satu bentuk
teater yang menggunakan lakon dengan cara percakapan atau gerak gerik
di atas pentas yang ditunjang beberapa unsur artistik dalam pertunjukan. Inti
atau dasar dalam cerita drama tersebut adalah adanya konflik atau
pertentangan, antara; tokoh, dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan
masyarakat atau lingkungan.
Drama merupakan kisah kehidupan
manusia yang diceritakan kembali di atas pentas, disaksikan oleh banyak orang/
penonton menggunakan media; percakapan, gerak dan tingkah laku dengan
dekor atau tata pentas dan berdasarkan pada naskah tertulis (narasi) dengan
atau tanpa nyanyian, musik, dan tarian.
2. Sandiwara
Pertunjukan teater disebut "Sandiwara"
pada zaman pendudukan Jepang. Kata sandiwara (bahasa Jawa) berasal dari
dua kata yaitu "Sandi" yang artinya samar-samar, rahasia
dan, "Wara" yang artinya berita, anjuran atau pengajaran.
Jadi kata Sandiwara menurut Ki Hajar Dewantara artinya adalah ajaran,
nasihat, atau anjuran melalui perlambangan. Istilah ini mula-mula digunakan
oleh P.K.G. Mangkunegara VII sebagai pengganti Toneel.
3. Tonil
Istilah Tonil atau Toneel tidak lain
adalah sandiwara atau pertunjukan atau teater di zaman pendudukan Belanda,
tepatnya di tahun-tahun terakhir penjajahan Belanda, ketika muncul sebuah
rombongan sandiwara bernama "Dardanella".
Jenis-Jenis Teater
Di Indonesua jenis-jenis teater
dapat dibagi menjadi dua bentuk sajian. Kedudukan hidup berdampingan
yang saling mempengaruhi dan bahkan merupakan sumber penciptaan yang satu
terhadap yang lainnya. Dua jenis teater Nusantara tersebut dikenal dengan
sebutan Teater Tradisional dan Teater Modern (Teater NonTradisional).
1. Teater Tradisional
Teater tradisional sering disebut
dengan istilah "Teater Daerah" . Teater Tradisional
ini merupakan salah satu bentuk teater yang berakar, bersumber dan dirasakan
sebagai milik masyarakat di lingkungannya. Pengolahan teater ini
berdasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. Teater tradisional ini
memiliki ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan bentuk kebudayaan
dilingkungannya.
Ciri-ciri utama Teater Tradisional
adalah;
- Menggunakan bahasa daerah,
- Ada unsur nyanyian dan tarian,
- Diiringi tetabuhan (musik daerah),
- Dagelan/ Banyolan selalu mewarnai,
- Adanya keakraban antara pemain dan penonton,
- Suasana santai.
Jenis teater yang dapat
dikategorikan ke dalam teater tradisional adalah; Teater Rakyat, Teater Klasik,
Teater Transisi.
a. Teater
Rakyat
Teater rakyat lahir secara
spontanitas dalam kehidupan masyarakat, dihayati dan berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakatnya. Umumnya teater rakyat lahir karena adanya
dorongan kebutuhan masyarakat terhadap suatu hiburan,
selanjutnya meningkat digunakan untuk kepentingan lain seperti
kebutuhan untuk mengisi upacara adat.
Jenis-jenis teater rakyat yang ada
di wilayah Indonesia, diantaranya;
- Riau : Mendu dan Makyong.
- Sumatera Barat : Bakaba dan Randai.
- Kalimantan : Tatayungan dan Mamanda.
- Bali : Topeng Arja, Topeng Cupak, Topeng Prembon.
- Sulawesi : Sinrilli.
- Jawa Barat :Ujungan, Sempyong (Majalengka); Angklung Sered, Buncis (Purwakarta); Dodombaan (Garut); Kuda Renggong, Lais, Sisingaan (Sumedang); Manorek, Ronggeng Gunung, Surak Ibra (Ciamis); Masres, Kuda Lumping, Akrobat (Indramayu); Uyeg (Sukabumi); Topeng Cisalak (Bogor); Wayang Bekasi (Bekasi); Topeng Banjet, Odong-odong, Sisingaan (Karawang dan Subang); Longser, Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Bandung); Topeng Cirebon, Wayang Kulit, Sintren, Kuda Kepang (Cirebon).
- DKI Jakarta : Lenong, Topeng Betawi, dan Samra.
- Banten : Debus, Ubrug.
- Jawa Tengah : Srandul Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang (Wayang Wong).
- Jawa Timur : Teater Ludruk, Teater Arja, Topeng, Topeng Malangan, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Wayang Gambuh, Gambuh, Ketoprak, Kentrungan, Calonarang.
b. Teater
Klasik
Teater klasik adalah suatu
perkembangan seni teater yang telah mencapai tingkat tinggi baik corak maupun
teknisnya. Kemapanan dari jenis teater klasik ini sebagai akibat dari adanya
pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas seperti; Raja, bangsawan atau
tingkat sosial tinggi lainnya. Oleh karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan
lahir di lingkungan istana (pusat kerajaan). Teater yang termasuk ke dalam
jenis teater klasik diantaranya; Wayang Golek (Jawa Barat), Wayang Kulit dan
Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Cara pementasan teater klasik sudah
tidak sebatas teater rakyat. Teater klasik harus sudah menuruti aturan-aturan
etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.
c. Teater
Transisi
Teater transisi pada dasarnya juga
bersumber pada teater tradisional, tetapi gaya pementasannya sudah mendapatkan
pengaruh teater barat. Pengaruh dari teater barat terlihat pada tata
cara penyajiannya. Meskipun pada teater transisi ini masih belum setia
terhadap naskah teater, namun karena tumbuh dan berkembang di masyarakat
perkotaan dan dimainkan oleh para pendatang, teater ini tidak mencerminkan
aspirasi masyarakatnya secara utuh.
Yang termasuk dalam jenis teater
transisi pada masa awal, seperti; Dardanella dan sandiwara komedi Stambul.
Teater semacam ini lebih sering disebut "Sandiwara". Sedangkan teater
transisi masa sekarang adalah; sandiwara Bangsawan (Sumatera Selatan dan
Utara), sandiwara Sunda (Jawa Barat), sandiwara Srimulat (Jawa Timur).
2. Teater Modern (Teater
NonTradisional)
Teater modern atau istilah lainnya
adalah teater nontradisional merupakan jenis teater yang tumbuh dan berkembang
di lingkungan masyarakat perkotaan dan mendapatkan pengaruh teori-teori
barat, terutama kaum terpelajar. Sejak abad ke-19 Indonesia sudah
mengenal teater modern ini. Bentuk-bentuk pertunjukannya sangat
terakomodir, antara lain; baca Puisi, Visualisasi Puisi, Musikalisasi Puisi,
Deklamasi, Dramatik Reading, Monolog, Teater Konvensional, Teater Eksperimen,
Teater Alternatif, Teater Jalanan, Jeprut, Happening Art, Pertunjukan
Posmodernisme, Drama Televisi, Sinetron, Dunia Sineas dan Perfilman.
Bentuk pementasan teater modern
cenderung lebih tertata. Panggung atau Stage selalu menjadi pilihan sebagai
tempat pertunjukan. Pada perkembangannya, pertunjukan teater modern
terkadang mencoba kembali lagi ke akar tradisi. Artinya, menyesuaikan
tempat pertunjukan sesuai keinginan sutradara tentang bagaimana cerita itu
dipentaskan, bisa ditempat terbuka bisa juga ditempat tertutup .
Teater modern membutuhkan seorang
Sutradara yaitu pengatur jalannya cerita yang akan disampaikan. Sutradara
akan mengatur mulai dari gerak/ action, percakapan atau dialog di atas
pentas sesuai naskah, tata artistik panggung, dan juga musik pengiring suasana.
Sumber cerita karya teater modern
dapat diperoleh dari karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, otobiografi,
dan biografi yang ditulis oleh sastrawan. Selain tulisan para sastrawan, sumber
cerita karya teater modern dapat diperoleh dari pengamatan pola hidup
masyarakat dengan berbagai kegiatan yang dilakukan dan juga budaya remaja.
NASKAH
TEATER KONVENSIONAL 10 ORANG
CERITA
ANAK SMK
Ada
cerita di sebuah SMK. Di sekolah megah ini terdapat
sebuah kelompok yang jahat yang sukanya menindas kelompok yang baik. Disamping itu juga ada siswa baru dari Paris yang
datang ke Indonesia, karena mengikuti orang tuanya yang
pindah Kantor ke Indonesia. Ia juga bertemu dengan siswa yang sama
dari Paris di kelas. Berikut ini tokoh-tokohnya serta karakter yang dimiliki dari masing-masing tokoh:
JUDUL : CERITA
ANAK SMK
TEMA : PERSAHABATAN
PEMERAN :
Ø Kelompok Baik
v Tya : Anak rajin, suka membaca dan
menasehati, serta berwawasan luas.
v Lia : Agak lemot, lucu, dan woles.
v Khusnul : Pendiam, dan suka ngantuk kalau
di Kelas.
v Pipin : Clemang-clemong, tapi semua kata-katanya bermakna,
dan positif
thinking.
Ø Kelompok Jahat
v Eka :
Leader geng jahat, dan gak mau
disalahin.
v Nabila : Tomboy,
pengawal di geng jahat.
v Ainun : Up
to date banget, galak.
Ø Siswa Blasteran
v Diart :
Mau bergaul dengan siapa saja.
v Farida : Siswa
baru yang datang dari Paris dan menilai salah tentang budaya
Indonesia.
Ø Guru
favorit SMK Widuri Internasional
v Pak Robin :
Guru favorit di SMK Widuri Internasional.
NASKAH
CERITA ANAK SMK
Di kelas murid-murid bernyanyi
bersama, tiba-tiba Pak Robin datang.
Pak Robin :
“Selamat pagi anak-anak.”
Murid-murid : “Selamat pagi pak.”
Pak Robin : “Pagi ini kita kedatangan siswa baru dari luar negeri.”
Ainun : “Waaahh swasta dong pak, hehe..”
Pak Robin : “Huusst sembarangan aja kamu ini, dengerin dulu. Silahkan kenalkan diri
Murid-murid : “Selamat pagi pak.”
Pak Robin : “Pagi ini kita kedatangan siswa baru dari luar negeri.”
Ainun : “Waaahh swasta dong pak, hehe..”
Pak Robin : “Huusst sembarangan aja kamu ini, dengerin dulu. Silahkan kenalkan diri
kamu.”
Farida : “I want to introduce myself. My name is Farida. I come from Paris.”
Murid-murid : “Waaa Paris..”
Nabila : “Paris darimana?? Perempatan Ciamiss?? Haha..”
Eka : “Aaaah sok banget lu pake bahasa Inggris. Ini Indonesia guys!”
Pak Robin : “Apakah kamu bisa berbahasa Indonesia??”
Farida : “Bisa pak.”
Nabila : “Halaah tuh bisa bahasa Indonesia. Udah pake bahasa Jawa aja! Bahasa
Farida : “I want to introduce myself. My name is Farida. I come from Paris.”
Murid-murid : “Waaa Paris..”
Nabila : “Paris darimana?? Perempatan Ciamiss?? Haha..”
Eka : “Aaaah sok banget lu pake bahasa Inggris. Ini Indonesia guys!”
Pak Robin : “Apakah kamu bisa berbahasa Indonesia??”
Farida : “Bisa pak.”
Nabila : “Halaah tuh bisa bahasa Indonesia. Udah pake bahasa Jawa aja! Bahasa
Planet
juga boleh.”
Khusnul : “Emmm ada apa ini rame-rame??” (terbangun dari mimpi panjangnya)
Pipin : “Alaaah kamu tuh yah molor mulu.”
Khusnul : “Hehehe.. maaf-maaf. Semalem abis begadang nonton bola.”
Lia : “Iyaa semalem yang menang kan Taufik Hidayat.”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, atlet Taufik Hidayat itu pemain bulu tangkis,
bukan sepakbola Lia.”
Lia : “Oh iya yaaa.”
Pipin, Khusnul : “Huuuuh tell me!!”
Pak Robin : “Lho lho lhoo.. Kenapa pada sibuk sendiri?? Farida, kamu sekarang boleh
Khusnul : “Emmm ada apa ini rame-rame??” (terbangun dari mimpi panjangnya)
Pipin : “Alaaah kamu tuh yah molor mulu.”
Khusnul : “Hehehe.. maaf-maaf. Semalem abis begadang nonton bola.”
Lia : “Iyaa semalem yang menang kan Taufik Hidayat.”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, atlet Taufik Hidayat itu pemain bulu tangkis,
bukan sepakbola Lia.”
Lia : “Oh iya yaaa.”
Pipin, Khusnul : “Huuuuh tell me!!”
Pak Robin : “Lho lho lhoo.. Kenapa pada sibuk sendiri?? Farida, kamu sekarang boleh
duduk.Kamu
bisa duduk disamping Diart. Dia juga murid blasteran asal
Paris
lho. Benar kan Diart??”
Diart : “Iya pak. Papa saya dari Paris.”
Eka : “Udah, sana gabung ama spesies yang sama.”
Diart : “Iya pak. Papa saya dari Paris.”
Eka : “Udah, sana gabung ama spesies yang sama.”
(Saat Farida menuju ke bangkunya,
tiba-tiba Farida jatuh karena disandung yang disebabkan oleh
kaki Ainun, dan kelompok jahat makin ricuh. Diart datang dan membantu
Farida untuk berdiri).
Diart : “Kamu gak apa-apa??”
Farida : “Gapapa kok. Makasih yaa. Orang Indonesia gak sopan yah.”
Pak Robin : “Bapak tidak mau kalau nanti mendengar berita bahwa Farida dikerjain
Farida : “Gapapa kok. Makasih yaa. Orang Indonesia gak sopan yah.”
Pak Robin : “Bapak tidak mau kalau nanti mendengar berita bahwa Farida dikerjain
sama
kalian-kalian.”
Eka : “Huuh bule gadungan.”
Diart : “Hei bisa gak sih ngehargai orang!”
Pak Robin : “Sudah, sudah! Sekarang pelajaran Sejarah Indonesia. Kita akan membahas
Eka : “Huuh bule gadungan.”
Diart : “Hei bisa gak sih ngehargai orang!”
Pak Robin : “Sudah, sudah! Sekarang pelajaran Sejarah Indonesia. Kita akan membahas
tentang
globalisasi dan pengaruh barat yang merugikan Indonesia. Disini
ada
yang tahu apa itu globalisasi??”
Lia :
“Saya pak. Globalisasi adalah gabungan dari kata global dan sasi. Jadi
kalo dibalik akhirnya menjadi sasi dan global. Kemudian dapat diketahui lebih
mendalam lagi arti
globalisasi itu adalah suatu global yang ada di
Indonesia.
Tapi akhirnyaa..”
Pipin : “Akhirnya globalisasi! Terus artinya apa Lia?!!”
Lia : “Hehehe ya globalisasi.”
Pak Robin : “Hmm ada yang tahu? Khusnul, kamu lagi ngapain??”
Khusnul : (Terbangun) “Eh iya. Ada apa pak?”
Pak Robin : “Apa yang kamu ketahui tentang globalisasi??”
Khusnul : “Heehh, apaan tuh?? Hehehe maaf pak, saya tidak tahu.”
Tya : “Saya tahu pak. Menurut buku yang pernah saya baca, globalisasi itu...”
Pak Robin : “Yaahh kurang lebihnya memang seperti itu. Globalisasi itu membawa
Lia : “Hehehe ya globalisasi.”
Pak Robin : “Hmm ada yang tahu? Khusnul, kamu lagi ngapain??”
Khusnul : (Terbangun) “Eh iya. Ada apa pak?”
Pak Robin : “Apa yang kamu ketahui tentang globalisasi??”
Khusnul : “Heehh, apaan tuh?? Hehehe maaf pak, saya tidak tahu.”
Tya : “Saya tahu pak. Menurut buku yang pernah saya baca, globalisasi itu...”
Pak Robin : “Yaahh kurang lebihnya memang seperti itu. Globalisasi itu membawa
pengaruh
bagi bangsa Indonesia. Berdampak baik, namun juga berdampak
buruk.”
Tya :
“Tapi lebih banyak pengaruh buruknya, pak. Contohnya saja dalam ber-
pakaian.
Orang barat memakai pakaian mini dan sangat tidak sopan.
Pergaulan juga semakin bebas pengaruh dari luar.”
Diart : “Maaf. Tapi pak, pengaruh luar juga sangat
mendukung kelancaran
teknologi di Indonesia. Teknologi di Indonesia semakin canggih, kan
berkat
globalisasi.”
Khusnul : “Betul itu pak. Berkat teknologi, aku jadi bisa Facebook-an, Twitter-an,
Khusnul : “Betul itu pak. Berkat teknologi, aku jadi bisa Facebook-an, Twitter-an,
What’s
App, dan lain-lain.”
Pipin : “Iya pak. Yang paling aku suka, aku bisa lebih mudah ngerjain tugas. Kan
Pipin : “Iya pak. Yang paling aku suka, aku bisa lebih mudah ngerjain tugas. Kan
tinggal
browsing ajah. Hehe ups..”
Lia : “Emm tapi tetep
aja Indonesia lebih hebat daripada luar negeri. Di luar
negeri kan gak ada Borobudur, Prambanan, Pulau Komodo. Pokoknya
Indonesia
hebat deh.”
Tya :
“Tumben, bener ngomongnya.”
Lia : “Hehe iya dong. Catet ahh biar kagak lupa!”
Farida : “Di luar negeri juga banyak kok hal-hal yang indah kayak gitu. Ada menara
Lia : “Hehe iya dong. Catet ahh biar kagak lupa!”
Farida : “Di luar negeri juga banyak kok hal-hal yang indah kayak gitu. Ada menara
Eiffel,
Gedung Parlemen, Tembok Cina, dan masih banyak lagi.”
Eka :
“Yeee dia sok tau.”
Diart : “Emang kamu pernah ke luar negeri?!”
Eka : “Emm ya, yaa udah dong.”
Nabila : “Lhoh, kapan ka??”
Ainun : “Kayaknya belum pernah deh.”
Eka : (Ekspresi malu, dan berbisik) “Diem lu pada!”
Pak Robin : “Kalian itu yah, dijelasin malah pada bahas sendiri-sendiri. Ya sudah,
Diart : “Emang kamu pernah ke luar negeri?!”
Eka : “Emm ya, yaa udah dong.”
Nabila : “Lhoh, kapan ka??”
Ainun : “Kayaknya belum pernah deh.”
Eka : (Ekspresi malu, dan berbisik) “Diem lu pada!”
Pak Robin : “Kalian itu yah, dijelasin malah pada bahas sendiri-sendiri. Ya sudah,
sekarang
bapak lanjutkan ya. Apa peranan dari...”
(Bel istirahat berbunyi. Dengan
cepat kelompok jahat lagsung keluar kelas)
Ainun : “Waah istirahat! Ayo ke kantin!!”
Nabila, Eka : “Ayoo ayo!”
Pak Robin : “Heii! Dasar murid-murid ga sopan! Gurunya belum keluar udah lari ke
Nabila, Eka : “Ayoo ayo!”
Pak Robin : “Heii! Dasar murid-murid ga sopan! Gurunya belum keluar udah lari ke
Kantin.
Ya sudah, bapak akhiri ya anak-anak. Selamat
siang..”
(Murid lain juga pergi ke kantin dan
meninggalkan kelas. Tinggal Diart dan Farida)
Diart : (Memasang headset dan bernyanyi dengan suara
keras)
Farida : (Menarik headset Diart) “Aku benci Indonesia.”
Diart : “Kalo kamu benci Indonesia, kenapa kamu pindah ke Indonesia??”
Farida : “Papaku pindah kantor ke Indonesia. Jadi terpaksa aku ikut.”
Diart : “Terus yang bikin kamu jadi benci Indonesia apa??”
Farida : “Indonesia sangat terikat dengan adat. Serba penuh aturan! Gini gak boleh
Farida : (Menarik headset Diart) “Aku benci Indonesia.”
Diart : “Kalo kamu benci Indonesia, kenapa kamu pindah ke Indonesia??”
Farida : “Papaku pindah kantor ke Indonesia. Jadi terpaksa aku ikut.”
Diart : “Terus yang bikin kamu jadi benci Indonesia apa??”
Farida : “Indonesia sangat terikat dengan adat. Serba penuh aturan! Gini gak boleh
gitu
juga gak boleh. Banyak larangan! Sebel!!”
Diart : “Betul itu! Tapi kamu harus bisa nyesuaiin diri sama lingkungan disini.
Diart : “Betul itu! Tapi kamu harus bisa nyesuaiin diri sama lingkungan disini.
Dulu
aku juga kayak kamu. Pake rok mini aja langsung disuruh ganti.
Pokoknya
banyak batasan deh.”
Farida : “Iya. Beda banget sama di Paris. Kita bebas ngelakuin apa aja.”
Diart : “Sipp. I agree with you.”
Farida : “Temen-temen disana juga asik-asik. Ga kayak disini yang bikin eneg! I
Farida : “Iya. Beda banget sama di Paris. Kita bebas ngelakuin apa aja.”
Diart : “Sipp. I agree with you.”
Farida : “Temen-temen disana juga asik-asik. Ga kayak disini yang bikin eneg! I
dislike
that!”
Diart : “Sabaarr.. Oya, pulang sekolah nanti hang out yuk. Aku ajak kamu muter-
Diart : “Sabaarr.. Oya, pulang sekolah nanti hang out yuk. Aku ajak kamu muter-
muter
Jakarta deh. Gimana??”
Farida : “Okee. Emm aku laper nih. Ke Kantin yuk!”
Diart : “Yuk. Let’s go!”
Farida : “Okee. Emm aku laper nih. Ke Kantin yuk!”
Diart : “Yuk. Let’s go!”
(Eka, Ainun, dan Nabila berjalan
sambil bernyanyi bersama. Lalu mereka menghampiri mading sekolah. Di sana telah ada Pak Robin yang membawa brosur pengumuman.)
Pak Robin : “Anak-anak, ini ada pengumuman penting tentang Anniversary
Party
Widuri Internasional.” (Kemudian pergi)
Nabila : “Ka, Nun, gimana kalo kita ikut dance??”
Ainun : “Oke sip setuju aku. Tapi ngedance apa??”
Eka : “Emmm itu lhoo ngedance yang kayak kuda.”
Ainun : “Ganggang style??”
Eka : “Ahh iyaa itu betul!”
Nabila : “Hm gangnam style kaleee. Ga sekalian gang tujuh, gang delapan, gang
Nabila : “Ka, Nun, gimana kalo kita ikut dance??”
Ainun : “Oke sip setuju aku. Tapi ngedance apa??”
Eka : “Emmm itu lhoo ngedance yang kayak kuda.”
Ainun : “Ganggang style??”
Eka : “Ahh iyaa itu betul!”
Nabila : “Hm gangnam style kaleee. Ga sekalian gang tujuh, gang delapan, gang
sembilan...”
Ainun : “Hahaha jangan deh, itu aja yang kayak gini.” (Joget ala suffle)
Nabila : “Itu mah gaya orang mabok. Ada-ada aja lu.”
Eka : “Apa india aja?? Aca aca mehere tumhara kuchekkuchek klambineee..”
Ainun : “Hahaha jangan deh, itu aja yang kayak gini.” (Joget ala suffle)
Nabila : “Itu mah gaya orang mabok. Ada-ada aja lu.”
Eka : “Apa india aja?? Aca aca mehere tumhara kuchekkuchek klambineee..”
(Sambil memperagakan tari india)
Ainun : “Aaah itu mah film kesukaan emak gue.”
Eka : “Emak gue juga. Hahaha oya pulang sekolah ntar kita latihan lho ya.”
Nabila : “Yaudah yuk ke Kantin. Yuk cusss”
Ainun : “Aaah itu mah film kesukaan emak gue.”
Eka : “Emak gue juga. Hahaha oya pulang sekolah ntar kita latihan lho ya.”
Nabila : “Yaudah yuk ke Kantin. Yuk cusss”
Setting
masih di madding.
Tya :
“Waaah ada info baru nih! Tentang kesenian. Seru nih, menurut buku
yang
pernah aku baca, kesenian tari itu kesenian yang mengandalkan
gerak
tubuh seseorang untuk berekspresi.”
Pipin : “Iya iyaa.. Udah tau. Gak usah dijelasin juga udah paham!”
Lia : “Emang tadi Tya jelasin apa??”
Khusnul : “Akhh elu! Bener-bener lola ya! Kalo disamain ama dispenser yah itu
Pipin : “Iya iyaa.. Udah tau. Gak usah dijelasin juga udah paham!”
Lia : “Emang tadi Tya jelasin apa??”
Khusnul : “Akhh elu! Bener-bener lola ya! Kalo disamain ama dispenser yah itu
Pentium!
hehe.”
Tya : “Menurut buku yang pernah aku baca, dispenser itu gak ada pentium. Yang
Tya : “Menurut buku yang pernah aku baca, dispenser itu gak ada pentium. Yang
ada
mah computer kale.”
Khusnul : “Upss salah lagi deh.”
Pipin : “Emm kita perform tari tradisional aja yuk.”
Lia : “Waahh setuju! It’s good idea!”
Khusnul : “Iya, nanti Tya aja yang ngajarin kita-kita. Dia kan jago banget.”
Tya : “Oh ya dong. Tya gituu lhhoo..”
Pipin : “Okelah kalo begitu..”
Diart : “Excuse me, kalian mau ikut perform ya??”
Lia : “Oh iyaa dong. You??”
Farida : “Emm iya. Tapi I’m confuse. Aku gak tau mau perform apa. Belum ada
Khusnul : “Upss salah lagi deh.”
Pipin : “Emm kita perform tari tradisional aja yuk.”
Lia : “Waahh setuju! It’s good idea!”
Khusnul : “Iya, nanti Tya aja yang ngajarin kita-kita. Dia kan jago banget.”
Tya : “Oh ya dong. Tya gituu lhhoo..”
Pipin : “Okelah kalo begitu..”
Diart : “Excuse me, kalian mau ikut perform ya??”
Lia : “Oh iyaa dong. You??”
Farida : “Emm iya. Tapi I’m confuse. Aku gak tau mau perform apa. Belum ada
bayangan.”
Pak Robin : (Datang dengan membawa bolpoin) “Saya menemukan bolpoin. Ada yang
Pak Robin : (Datang dengan membawa bolpoin) “Saya menemukan bolpoin. Ada yang
merasa kehilangan??”
Farida : (Mencari bolpoinnya) “Maaf pak, itu milik saya.”
Pak Robin : “Ini milikmu??”
Farida : “Thank you, sir.” (Menerima pake tangan kiri)
Pak Robin : “Baiklah. Saya ke kantor dulu ya.”
Khusnul : “Hei kamu gak sopan yah!”
Farida : “What’s??”
Pipin : “Iya. Masa nerima bolpoin pake tangan kiri??”
Farida : “Terus masalahnya apa??”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, kalo menerima pemberian dari orang lain
Farida : (Mencari bolpoinnya) “Maaf pak, itu milik saya.”
Pak Robin : “Ini milikmu??”
Farida : “Thank you, sir.” (Menerima pake tangan kiri)
Pak Robin : “Baiklah. Saya ke kantor dulu ya.”
Khusnul : “Hei kamu gak sopan yah!”
Farida : “What’s??”
Pipin : “Iya. Masa nerima bolpoin pake tangan kiri??”
Farida : “Terus masalahnya apa??”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, kalo menerima pemberian dari orang lain
apalagi
dari orang tua harus menggunakan tangan kanan. Biar sopan.”
Diart : “Iyaa betul itu.”
Farida : “Alaaahh di Paris aja bebas kok.”
Diart : “Tapi kamu harus menyesuaikan.”
Farida : “Tapi Diart, kita hidup secara rasional dan freedom. Gak semua harus ada
Diart : “Iyaa betul itu.”
Farida : “Alaaahh di Paris aja bebas kok.”
Diart : “Tapi kamu harus menyesuaikan.”
Farida : “Tapi Diart, kita hidup secara rasional dan freedom. Gak semua harus ada
aturan!”
Khusnul : “Hellooo mbak yuu!! Tapi ini Indonesia! Kamu tau resikonya kan kalo
Khusnul : “Hellooo mbak yuu!! Tapi ini Indonesia! Kamu tau resikonya kan kalo
tidak
dapat menyesuaikan adat??”
Farida : “Aku tak pernah takut dengan resiko! Aku bukan orang-orang Indonesia
Farida : “Aku tak pernah takut dengan resiko! Aku bukan orang-orang Indonesia
yang
suka berpikir terlalu panjang kali lebar untuk memperhitungkan
resiko
yang gak jelas!”
Diart : “Udah, udah! Masa Cuma gara-gara tangan kanan or tangan kiri aja kita jadi
Diart : “Udah, udah! Masa Cuma gara-gara tangan kanan or tangan kiri aja kita jadi
berantem?”
Lia : “Tapi ini masalah kesopanan. Kita orang timur harus melestarikan yang namanya kesopanan! Kita kan punya pendirian.”
Pipin : “Iya. Aku gak suka ada orang yang meremehkan kesopanan.”
Farida : “Terus sekarang kalian mau apa kalo aku gak sopan??”
Diart : “Udah jangan berantem! Walaupun kita beda ras dan suku, gak seharusnya
Lia : “Tapi ini masalah kesopanan. Kita orang timur harus melestarikan yang namanya kesopanan! Kita kan punya pendirian.”
Pipin : “Iya. Aku gak suka ada orang yang meremehkan kesopanan.”
Farida : “Terus sekarang kalian mau apa kalo aku gak sopan??”
Diart : “Udah jangan berantem! Walaupun kita beda ras dan suku, gak seharusnya
diperdebatkan
seperti ini. Maaf temen-temen, mungkin Farida perlu
adaptasi
yang lebih.”
Tya : “Okee. Semoga tidak terulang lagi.”
Khusnul : “Udah yukk ke kelas. Aku ngantuk.”
Pipin : “Yaahh elu mah emang Miss Sleepy!”
Tya : “Okee. Semoga tidak terulang lagi.”
Khusnul : “Udah yukk ke kelas. Aku ngantuk.”
Pipin : “Yaahh elu mah emang Miss Sleepy!”
(Tya dan kawan-kawan memasuki kelas
sambil berbincang)
Tya :
“Heii gimana rencana yang tadi?? Jadi kan kita tari tradisional?”
Eka : “Ekhemm. Ciyee ada yang mau nari jaipongan nih yee.. haha”
Ainun : “Idihh kampungan banget dehh..”
Lia : “Udah deh gak usah pada sirik! Iri kan elu pada!”
Nabila : “Jiaaahhh ga level! Kita mah ngedance gitu lho. Iya ngga guys??”
Tya : “Hei kamu orang Indonesia kan?? Seharusnya kamu melestarikan budaya
Eka : “Ekhemm. Ciyee ada yang mau nari jaipongan nih yee.. haha”
Ainun : “Idihh kampungan banget dehh..”
Lia : “Udah deh gak usah pada sirik! Iri kan elu pada!”
Nabila : “Jiaaahhh ga level! Kita mah ngedance gitu lho. Iya ngga guys??”
Tya : “Hei kamu orang Indonesia kan?? Seharusnya kamu melestarikan budaya
Indonesia. Bukan
malah menjelek-jelekan budaya Indonesia.”
Pipin : “Bener banget tuh. Sok kebarat-baratan!”
Eka : “Eh sok tau banget lu pada!”
Khusnul : “Kayak kita dong bisa nyanyi lagu jawa.” (Menyanyi suwe ora jamu)
Lia : “Kita juga bisa nyanyi lagu yang lain.” (Nyanyi lagu apuse)
Ainun : “Alaahh Apuse kan orang gila yang ada di perempatan nusa indah!”
Tya : “Huu sembarangan banget kamu!”
Pipin : “Bener banget tuh. Sok kebarat-baratan!”
Eka : “Eh sok tau banget lu pada!”
Khusnul : “Kayak kita dong bisa nyanyi lagu jawa.” (Menyanyi suwe ora jamu)
Lia : “Kita juga bisa nyanyi lagu yang lain.” (Nyanyi lagu apuse)
Ainun : “Alaahh Apuse kan orang gila yang ada di perempatan nusa indah!”
Tya : “Huu sembarangan banget kamu!”
(Diart dan Farida dating. Dan mereka
jalan menuju ke bangku mereka sambil menyanyikan sebuah lagu).
Nabila : “Eh bule kembar silang! Mau gak gabung ngedance
sama kita?”
Diart : “Of course. Kita juga lagi bingung nih mau perform apa.”
Eka : “Oke dah sip. Ntar pulang sekolah kita latihan ya. Dan gue ga mau ada
Diart : “Of course. Kita juga lagi bingung nih mau perform apa.”
Eka : “Oke dah sip. Ntar pulang sekolah kita latihan ya. Dan gue ga mau ada
yang pulang duluan.”
Farida : “Tapi sorry, aku ntar harus ke Apotik dulu mau beli obat.”
Ainun : “Yaudah deh.”
Farida : “Tapi sorry, aku ntar harus ke Apotik dulu mau beli obat.”
Ainun : “Yaudah deh.”
(Pak Robin datang ke kelas dan
membawa kabar gembira untuk murid-murid.)
Pak Robin : “Siang anak-anak.”
Murid-murid : “Siang pak..”
Pak Robin : “Bapak bawa kabar gembira buat kalian semua. Hari ini ada rapat sehingga
Murid-murid : “Siang pak..”
Pak Robin : “Bapak bawa kabar gembira buat kalian semua. Hari ini ada rapat sehingga
jam
pelajaran cukup sampai jam ini dan kalian boleh pulang sekarang.
Silakan
berkemas-kemas.”
Murid-murid : “Horeee.. Pulangg..”
Ainun : “Doo bee doo bee doo bee doo bae..”
Murid-murid : (Sambil pulang menyanyi bersama)
Murid-murid : “Horeee.. Pulangg..”
Ainun : “Doo bee doo bee doo bee doo bae..”
Murid-murid : (Sambil pulang menyanyi bersama)
Di
Aula. Sudah ada Eka, Ainun, dan
Nabila yang sedang latihan dance.
Eka :
“Huh si bule kembar silang kemana aja sih?! Lama banget. Udah ngoyolot
nih!”
Ainun : “Masih mending lu, daripada gue uda ngoyot ngembang plus berbuah lagi!”
Nabila : “Yaa baguslah. Kalo lu pada berbuah kan tinggal gue yang petik, di panen,
Ainun : “Masih mending lu, daripada gue uda ngoyot ngembang plus berbuah lagi!”
Nabila : “Yaa baguslah. Kalo lu pada berbuah kan tinggal gue yang petik, di panen,
truss
gue jual. Income deh. Haha”
Ainun + Eka : “Hehh enak banget lu!”
Nabila : “Iya dong. Hehe”
Ainun + Eka : “Hehh enak banget lu!”
Nabila : “Iya dong. Hehe”
Tiba-tiba
Diart dan Farida datang dari apotik dengan ngos-ngosan.
Ainun : “Hey. Ini dia nih orangnya!”
Diart : “Aduh guys, sorry yaah kita telat. Tadi di Apotik ngantrinya panjaaaaaang
Diart : “Aduh guys, sorry yaah kita telat. Tadi di Apotik ngantrinya panjaaaaaang
banget.
Berasa kayak ngantri BLT tuh tadi.”
Eka : “Ouh pantes. Tadi selain ke Apotik, sekalian ngantri BLT juga ya?!”
Nabila : “Semedi dulu yah tadi? Gak tau apa kita udah nunggu mpe berhari-hari
Eka : “Ouh pantes. Tadi selain ke Apotik, sekalian ngantri BLT juga ya?!”
Nabila : “Semedi dulu yah tadi? Gak tau apa kita udah nunggu mpe berhari-hari
Cuma
buat latihan??”
Ainun : “Sejam Nabila! Gak nyampe sehari kale. Lebay ah lu!”
Diart : “Kayaknya malah ga ada sejam kok kita pergi.”
Eka : “Alahh! Yaudah sana play lagunya!”
Diart : “Oke.” (Ngeplay lagu)
Eka : “Jiaahh bukan itu lagunya! Masa lagu dangdut sih!”
Diart : “Hehe maaf. Yang ini kan??” (Ngeplay lagu campur sari)
Ainun : “Aaarrggh! Payah banget sih loe! Sini sini gue aja yang play. Ga becus
Ainun : “Sejam Nabila! Gak nyampe sehari kale. Lebay ah lu!”
Diart : “Kayaknya malah ga ada sejam kok kita pergi.”
Eka : “Alahh! Yaudah sana play lagunya!”
Diart : “Oke.” (Ngeplay lagu)
Eka : “Jiaahh bukan itu lagunya! Masa lagu dangdut sih!”
Diart : “Hehe maaf. Yang ini kan??” (Ngeplay lagu campur sari)
Ainun : “Aaarrggh! Payah banget sih loe! Sini sini gue aja yang play. Ga becus
banget!”
(Sambil dorong Diart)
Diart : “Yaahh sorry. Aku kan gatau.”
Nabila : “Masa bule gak tau lagu-lagu modern?! Kampungan banget sih loe!”
Ainun : “Naahh ini dia lagunya. Yaudah yukk latihan!”
Diart : “Yaahh sorry. Aku kan gatau.”
Nabila : “Masa bule gak tau lagu-lagu modern?! Kampungan banget sih loe!”
Ainun : “Naahh ini dia lagunya. Yaudah yukk latihan!”
Lalu
mereka latihan dance. Dan akhirnya latihan pun selesai.
Eka :
“Ahh cape banget. Farida, tolong ambilin gue minum dong!”
Nabila : “Sekalian ambilin gue handuk ya! Keringetan nih!”
Farida : “Ohh oke oke!”
Ainun : “Hey, kenapa gue gak diambilin sekalian??”
Farida : (Berjalan menuju Nabila, dan dilemparkan handuknya ke muka Nabila)
Nabila : “Sekalian ambilin gue handuk ya! Keringetan nih!”
Farida : “Ohh oke oke!”
Ainun : “Hey, kenapa gue gak diambilin sekalian??”
Farida : (Berjalan menuju Nabila, dan dilemparkan handuknya ke muka Nabila)
“Heh!
Kamu pikir aku pembantu kalian yang bisa disuruh-suruh
seenaknya
aja?!”
Diart : “Iya nih! Jangan mentang-mentang Farida murid baru ya, terus kalian bias
Diart : “Iya nih! Jangan mentang-mentang Farida murid baru ya, terus kalian bias
seenaknya
aja!”
Eka : “Halah. Cius?? Miapa??”
Nabila : “Mie goreng. Goreng apa??”
Ainun : “Goreng ikan. Ikan apa??”
Eka : “Ikan mas! Masalah buat loe??!”
Farida : “Udah. Udah! Kita ga jadi ikut ngedance bareng kalian deh!”
Diart : “Heeh! Lebih baik kita pergi aja. Kita juga bisa ngedance sendiri kok!
Eka : “Halah. Cius?? Miapa??”
Nabila : “Mie goreng. Goreng apa??”
Ainun : “Goreng ikan. Ikan apa??”
Eka : “Ikan mas! Masalah buat loe??!”
Farida : “Udah. Udah! Kita ga jadi ikut ngedance bareng kalian deh!”
Diart : “Heeh! Lebih baik kita pergi aja. Kita juga bisa ngedance sendiri kok!
Tanpa
kalian pun kita bisa! Yuk Far.”
Farida : “Oke. Yuk cabut!!” (Keluar dari Aula bareng Diart)
Eka : (Ga lama kemudian juga pergi)
Nabila : “Eh ka. Mau kemana??”
Eka : “Pulang!”
Ainun : “Ikut pulang ah!”
Nabila : “Yaahh kok gue di tinggal sendirian? Heyy tunggu!!”
Farida : “Oke. Yuk cabut!!” (Keluar dari Aula bareng Diart)
Eka : (Ga lama kemudian juga pergi)
Nabila : “Eh ka. Mau kemana??”
Eka : “Pulang!”
Ainun : “Ikut pulang ah!”
Nabila : “Yaahh kok gue di tinggal sendirian? Heyy tunggu!!”
(Mengejar Eka dan Ainun)
Tya
dan kawan-kawan memasuki Aula.
Lia :
“Yeee Aula kosong! Kita bisa gunain buat latihan sampeee puass!!”
Pipin : “Iya! Selangkah lebih maju!! XL sampe puaaasss!!”
Khusnul : “Lah loh! Kok malah promosi sih??”
Tya : “Yaudah yukk kita latihan aja.” (Ngeplay lagu)
Khusnul : “Tyaa.. Aku malu nih kalo disuruh nari beginian. Aku ga bisa..”
Lia : “Waaahh optimis dong. PD ajah kali! Biasanya juga malah malu-maluin.”
Pipin : “Yaps betul! Gak beda jauh juga sama kamu! Haha”
Tya : “Ssstt menurut buku yang pernah aku baca, malu itu diperbolehkan, tapi
Pipin : “Iya! Selangkah lebih maju!! XL sampe puaaasss!!”
Khusnul : “Lah loh! Kok malah promosi sih??”
Tya : “Yaudah yukk kita latihan aja.” (Ngeplay lagu)
Khusnul : “Tyaa.. Aku malu nih kalo disuruh nari beginian. Aku ga bisa..”
Lia : “Waaahh optimis dong. PD ajah kali! Biasanya juga malah malu-maluin.”
Pipin : “Yaps betul! Gak beda jauh juga sama kamu! Haha”
Tya : “Ssstt menurut buku yang pernah aku baca, malu itu diperbolehkan, tapi
kalo
untuk masalah perform didepan orang banyak kita mesti
PD!”
Khusnul : “Yaaahh tetep aja malu.”
Lia : “Ahh udah lah gapapa. Ayoo mulai!”
Tya : (Memimpin) “Satu dua tiga empat lima…”
Khusnul : “Yaaahh tetep aja malu.”
Lia : “Ahh udah lah gapapa. Ayoo mulai!”
Tya : (Memimpin) “Satu dua tiga empat lima…”
Diart
dan Farida yang melihat latihan Tya dan kawan-kawan dari luar Aula.
Diart : “Tarian mereka bagus juga yah. Unik.”
Farida : “Iyaa.. Aku jadi tertarik buat gabung sama mereka.”
Diart : “Hah! Ide bagus!!”
Farida : “Tapi aku gak enak nih gara-gara tadi abis debat sama mereka.”
Diart : “Ih gapapa. Mereka baik-baik kok. Mereka pasti maklum. Percaya deh
Farida : “Iyaa.. Aku jadi tertarik buat gabung sama mereka.”
Diart : “Hah! Ide bagus!!”
Farida : “Tapi aku gak enak nih gara-gara tadi abis debat sama mereka.”
Diart : “Ih gapapa. Mereka baik-baik kok. Mereka pasti maklum. Percaya deh
sama
aku.”
Farida : “Bener yaa. Yaudah deh yuk ke sana.”
Farida : “Bener yaa. Yaudah deh yuk ke sana.”
Diart
dan Farida menghampiri mereka yang sedang latihan.
Farida : “Temen-temen, kita boleh gabung??”
Tya : “Emm ada apa nih??”
Diart : “Emm ga ada apa-apa kok. Kita Cuma tertarik aja sama tarian kalian
Tya : “Emm ada apa nih??”
Diart : “Emm ga ada apa-apa kok. Kita Cuma tertarik aja sama tarian kalian
barusan.”
Pipin : “Hehe iyaaa. Baguskan??”
Farida : “Iya bagus!”
Lia : “Eh tapi bukannya kalian tadi udah gabung sama kelompoknya Eka CS??”
Diart : “Iya sih. Tapi sekarang enggak. Soalnya mereka semena-mena sih sama
Pipin : “Hehe iyaaa. Baguskan??”
Farida : “Iya bagus!”
Lia : “Eh tapi bukannya kalian tadi udah gabung sama kelompoknya Eka CS??”
Diart : “Iya sih. Tapi sekarang enggak. Soalnya mereka semena-mena sih sama
kita.”
Khusnul : “Wah baru tahu yaaa??”
Lia : “Baru tempe aja deh! Tempe apa?? Tempe orek, tempe goreng, apa tempe
Khusnul : “Wah baru tahu yaaa??”
Lia : “Baru tempe aja deh! Tempe apa?? Tempe orek, tempe goreng, apa tempe
mendoan??
Apa lagi kalo pake sambel. Puedeess puool. Mantep! I like it!”
Tya : “Wahh kamu nih pikirannya makanan mulu!”
Pipin : “Duh jadi laper nih!”
Tya : “Emm gimana kalo kalian gabung aja sama kita-kita??”
Khusnul : “Naah sip. Setuju!”
Diart : “Waaahh. Gimana Far??”
Farida : “Oke deh. Tapi by the way sorry yah guys buat yang tadi. Aku salah
Tya : “Wahh kamu nih pikirannya makanan mulu!”
Pipin : “Duh jadi laper nih!”
Tya : “Emm gimana kalo kalian gabung aja sama kita-kita??”
Khusnul : “Naah sip. Setuju!”
Diart : “Waaahh. Gimana Far??”
Farida : “Oke deh. Tapi by the way sorry yah guys buat yang tadi. Aku salah
menilai
Indonesia.”
Tya : “Oh itu. Ga apa apa kok Far.”
Pipin : “Tenang! No problem..”
Lia : “No smoking!”
Khusnul : “Haha emang siapa yang ngerokok??”
Lia : “Hehe gak ada sih.”
Tya : “Oh itu. Ga apa apa kok Far.”
Pipin : “Tenang! No problem..”
Lia : “No smoking!”
Khusnul : “Haha emang siapa yang ngerokok??”
Lia : “Hehe gak ada sih.”
Lagi-lagi
Pak Robin datang dengan tiba-tiba.
Pak Robin : “Siang anak-anak. Kenapa kalian belum
pulang??”
Tya : “Eh ini pak. Kita lagi latihan tari buat perform di Anniv nya SMK Widuri
Tya : “Eh ini pak. Kita lagi latihan tari buat perform di Anniv nya SMK Widuri
Internasional
yang ke 30 tahun pak.”
Pak Robin : “Owalah.. Ya bagusslah kalo begitu. Partisipasi kalian memang penting.
Pak Robin : “Owalah.. Ya bagusslah kalo begitu. Partisipasi kalian memang penting.
Tapi
sekarang udah sore lho yah.”
Pipin : “Iya pak. Ini juga udah selesai kok.”
Farida : “Iya pak. Kita juga mau pulang sekarang. Iya kan Di??”
Diart : “He’eh. Gimana kalo kalian pulang bareng kita. Aku bawa mobil kok.”
Khusnul : “Ohehe oke oke. Itung-itung hemat ongkoslahh.”
Lia : “Ya udah, kami pamit pulang dulu yah Pak.”
Pak Robin : “Iya iya silakan. Hati-hati yaa.”
Pipin : “Iya pak. Ini juga udah selesai kok.”
Farida : “Iya pak. Kita juga mau pulang sekarang. Iya kan Di??”
Diart : “He’eh. Gimana kalo kalian pulang bareng kita. Aku bawa mobil kok.”
Khusnul : “Ohehe oke oke. Itung-itung hemat ongkoslahh.”
Lia : “Ya udah, kami pamit pulang dulu yah Pak.”
Pak Robin : “Iya iya silakan. Hati-hati yaa.”
Malam
Anniversary 30 tahun SMK Widuri Internasional.
Pak Robin : “Selamat malam bapak/ibu guru, dan siswa-siswi SMK Widuri
Interna-
sional.
Selamat datang dalam puncak acara Anniversary 30 tahun SMK
Widuri
Internasional. Malam ini kita akan menampilkan beberapa per-
formance
dari siswa-siswi Widuri Internasional tercinta ini. Ga pake lama-
lama,
langsung saja kita sambut penampilan yang pertama dari kelompok
Eka
dan kawan-kawan.”
Kelompok
Eka perform. Namun sangat tidak memuaskan karena Eka jatuh disaat mereka sedang
menampilkan tarian dance moderennya di atas panggung.
Pak Robin : “Yaahh beri tepuk tangan yang meriah untuk perform
pertama. Bagus
bukan??
Walaupun ada sedikit masalah tapi tidak akan mengganggu
jalannya
party malam ini. Dan untuk performance selanjutnya, ini dia
penampilan
Tya dan kawan-kawan dengan tari tradisionalnya.”
Tya CS menari dengan kompak dan sangat luwes. Benar-benar
memuaskan audience. Dan tiba saatnya salam penutup dari Pak Robin.
Pak Robin : “Oke. Sayang sekali waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Artinya
acara
Anniversary 30 tahun SMK Widuri Internasional telah selesai. Saya
pribadi
mohon maaf jika ada perkataan saya yang kurang berkenan dan
saya
ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam acara
ini.
Selamat malam.”
Di
belakang panggung.
Ainun : “Heh! Maksud loe itu apa?? Pake acara jatoh segala!
Malu-maluin gue tau
gak!”
Eka : “Helloo.. Sorry gue tadi gak sengaja. Lagian yang kayak gitu aja loe
Eka : “Helloo.. Sorry gue tadi gak sengaja. Lagian yang kayak gitu aja loe
permasalahin.
Gak penting banget!”
Nabila : “Itu penting Eka. Kalo lu tadi gak jatoh, perform kita pasti ga kacau dan
Nabila : “Itu penting Eka. Kalo lu tadi gak jatoh, perform kita pasti ga kacau dan
pasti
lebih baik dari Tya and the ganknya itu!”
Ainun : “Malu-maluin tau gak! Gak terima gue!” (Dorong Eka)
Eka : “Heh gak usah nyolot dong! Biasa aje dong! Cari masalah ama ague??”
Ainun : “Malu-maluin tau gak! Gak terima gue!” (Dorong Eka)
Eka : “Heh gak usah nyolot dong! Biasa aje dong! Cari masalah ama ague??”
(Dorong Ainun balik)
Nabila : “Duhh kenapa jadi berantem kayak gini??”
Eka : “Dia duluan nih, sok banget! Sok cantik lagi!!”
Ainun : “Eh elu tuh yang sok cantik! Apa loe??!”
Eka : “Apa?!” (Makin berantem)
Nabila : “Haduduh udaahh. Jangan brantem!!”
Nabila : “Duhh kenapa jadi berantem kayak gini??”
Eka : “Dia duluan nih, sok banget! Sok cantik lagi!!”
Ainun : “Eh elu tuh yang sok cantik! Apa loe??!”
Eka : “Apa?!” (Makin berantem)
Nabila : “Haduduh udaahh. Jangan brantem!!”
Tya
CS datang.
Diart : “Ehh ehh stop stop! Kalian kenapa sih??”
Lia : “Kayak anak kecil aja deh.”
Tya : “Heyy ada apa sih??”
Eka : “Dia duluan nih yang mulai!”
Ainun : “Apa?? Elu yang cari gara-gara!”
Khusnul : “Udah udah!!”
Lia : “Kayak anak kecil aja deh.”
Tya : “Heyy ada apa sih??”
Eka : “Dia duluan nih yang mulai!”
Ainun : “Apa?? Elu yang cari gara-gara!”
Khusnul : “Udah udah!!”
Nabila
dan Khusnul megangin Eka. Pipin dan Lia megangin Ainun.
Nabila : “Udah dong temen-temen, udah!”
Farida : “Kalian tuh anak Indonesia. Gak sepatutnya berantem seperti ini. Sama
Farida : “Kalian tuh anak Indonesia. Gak sepatutnya berantem seperti ini. Sama
sekali
tidak menciri khaskan anak Indonesia!”
Diart : “Aduuhh udah dong! Kalian kan sahabatan! Ga perlu lah brantem Cuma
Diart : “Aduuhh udah dong! Kalian kan sahabatan! Ga perlu lah brantem Cuma
garagara
hal sepele kayak gini!”
Tya : “Iya! Jangan nodai persahabatan kalian dengan sedikit permasalahan.”
Pipin : “Masalah itu bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.”
Eka : “Tapi dia nyolot duluan! Coba dia gak nyolot kayak tadi!”
Ainun : “Lu juga tau!”
Farida : “Udahh! Aku pengen kalian baikan!”
Eka : “Enggak!”
Ainun : “Enggak!!!”
Khusnul : “Ayoo dong baikan.”
Lia : “Kalian gak inget apa, gimana dulu kalian membangun persahabatan kalian
Tya : “Iya! Jangan nodai persahabatan kalian dengan sedikit permasalahan.”
Pipin : “Masalah itu bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.”
Eka : “Tapi dia nyolot duluan! Coba dia gak nyolot kayak tadi!”
Ainun : “Lu juga tau!”
Farida : “Udahh! Aku pengen kalian baikan!”
Eka : “Enggak!”
Ainun : “Enggak!!!”
Khusnul : “Ayoo dong baikan.”
Lia : “Kalian gak inget apa, gimana dulu kalian membangun persahabatan kalian
yang begittuuuu
indah?! Terus sekarang rusak gitu aja?? Inget deh gimana
awal
persahabatan kalian!”
Nabila : “Iya nih. Jangan brantem dong. Emang lu pada ga kasian ama gue??”
Pipin : “Persahabatan tuh perlu toleransi dan pengertian. Dan juga gak Cuma ada di
Nabila : “Iya nih. Jangan brantem dong. Emang lu pada ga kasian ama gue??”
Pipin : “Persahabatan tuh perlu toleransi dan pengertian. Dan juga gak Cuma ada di
saat
kita butuh doang.”
Diart : “That’s right. Dipersahabatan itu gak ada yang namanya ego.”
Tya : “Udah sini Eka!” (Menarik tangan Eka untuk bersalaman dengan Ainun)
Diart : “That’s right. Dipersahabatan itu gak ada yang namanya ego.”
Tya : “Udah sini Eka!” (Menarik tangan Eka untuk bersalaman dengan Ainun)
“Ainun
sini!” (Tarik tangan Ainun juga) “Baikan
yaahh.”
Lalu Eka dan Ainun pun berjabat tangan dan berpelukan.
Mereka kembali akur.
Semua : “Horeee..”
Pipin : “Berpelukaaaaannn.” (Meluk Lia)
Lia : “Ihh kok jadi kita yang pelukan gini??”
Eka : “Makasih yah guys. Kalian udah nyadarin kita. Kita selama ini udah jahatin kalian semua. Gataunya kalian baik banget dan sangat peduli sama kita-
Semua : “Horeee..”
Pipin : “Berpelukaaaaannn.” (Meluk Lia)
Lia : “Ihh kok jadi kita yang pelukan gini??”
Eka : “Makasih yah guys. Kalian udah nyadarin kita. Kita selama ini udah jahatin kalian semua. Gataunya kalian baik banget dan sangat peduli sama kita-
kita
Aku minta maaf yah Ai”
Ainun : “Iyaa Eka. Aku juga minta maaf sama kamu.”
Farida : “Okehh. Sekarang kita berteman semuanya yah!”
Nabila : “Iyaa maaf yaa sekali lagi, kita sering jahil sama kalian.”
Diart : “No problem..”
Tya : “Gapapa kok Nab. Kita buka lembaran baru yang indah dimulai dari
Ainun : “Iyaa Eka. Aku juga minta maaf sama kamu.”
Farida : “Okehh. Sekarang kita berteman semuanya yah!”
Nabila : “Iyaa maaf yaa sekali lagi, kita sering jahil sama kalian.”
Diart : “No problem..”
Tya : “Gapapa kok Nab. Kita buka lembaran baru yang indah dimulai dari
sekarang.”
Pak Robin : (Nongol lagi, lagi, lagi daaaan lagi) “Ada apa ini?? Ada reunian apa ini??”
Khusnul : “Yahhh bapak nongol lagi deh. Telat pula. Hehe ..”
Pak Robin : “Kok kayaknya ada yang ribut-ribut??”
Lia : “Ini lho pak, kita lagi bahas sesuatu.”
Pak Robin : “Ohh gitu. Emang lagi pada bahas apa??”
Farida : “Lagi bahas kalo persahabatan ituuu…..”
Semua : “Bagai kepompongg!! Haha”
Pak Robin : (Nongol lagi, lagi, lagi daaaan lagi) “Ada apa ini?? Ada reunian apa ini??”
Khusnul : “Yahhh bapak nongol lagi deh. Telat pula. Hehe ..”
Pak Robin : “Kok kayaknya ada yang ribut-ribut??”
Lia : “Ini lho pak, kita lagi bahas sesuatu.”
Pak Robin : “Ohh gitu. Emang lagi pada bahas apa??”
Farida : “Lagi bahas kalo persahabatan ituuu…..”
Semua : “Bagai kepompongg!! Haha”
Semuanya pun berpelukan sambil bernyanyi bersama Pak Robin.
Cerita SMK pun menjadi semakin indah dengan persahabatan mereka.
TUGAS SENI
BUDAYA
KLIPING
TENTANG TEATER KONVENSIONAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK
ASMILA SARI AZIS
ISNAWATI
EVIO ALHIKMAH
KOFIFAH
NUR FANISA
TRIA ANGGARA KASIH
ITA NURFIAH
INDRIANI SYARIF
FANDI
MUH. ARIF
SMK SYEKH YUSUF GOWA
TAHUN AJARAN 2018 / 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar